Sabtu 14 Jan 2023 12:19 WIB

Harga Emas Melonjak Didorong Ekspektasi Pelambatan Kenaikan Suku Bunga

Emas telah menguat selama tiga bulan terakhir karena inflasi yang surut.

Karyawan menunjukkan perhiasan emas yang dijual di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa (19/7/2022). Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (13/1/2023), memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menunjukkan perhiasan emas yang dijual di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, Selasa (19/7/2022). Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (13/1/2023), memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas menguat tajam mendekati level tertinggi sembilan bulan pada akhir perdagangan Jumat (13/1/2023), memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga berturut-turut. Kenaikan didorong ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih lambat oleh Federal Reserve.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Februari di divisi Comex New York Exchange, melonjak 22,90 dolar AS atau 1,21 persen menjadi ditutup pada 1.921,70 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan mencapai puncak sesi di 1.925,30 dolar AS dan terendah 1.895,10 dolar AS. Emas berjangka ditutup di atas 1.900 dolar AS pada Jumat (13/1/2023) untuk pertama kalinya sejak akhir April, dan mengakhiri pekan ini dengan 2,8 persen lebih tinggi.

Baca Juga

Data indeks harga konsumen Desember yang dirilis Kamis (12/1/2023) mengkonfirmasi bahwa inflasi AS berada di jalur menurun. Tetapi karena masih jauh untuk mencapai target inflasi Federal Reserve 2,0 persen, pasar memperkirakan bank sentral AS akan terus menaikkan suku bunga acuan, tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat, kemungkinan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan kebijakan moneter berikutnya pada 1 Februari.

Emas telah menguat selama tiga bulan terakhir karena inflasi yang surut mendorong imbal hasil obligasi pemerintah dan dolar lebih rendah di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan jauh lebih tidak agresif dengan kenaikan suku bunga tahun ini dibandingkan tahun 2022, dan bahkan mungkin menyelesaikan pengetatan moneter jauh sebelum akhir tahun ini.

"Harga emas naik karena Wall Street semakin yakin bahwa Fed hampir selesai menaikkan suku bunga," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA. 

"Emas tanpa bunga menyukai penurunan imbal hasil obligasi dan itu dapat berlanjut ketika pendapatan datang lebih lemah dari perkiraan."

Moya mengatakan, jika emas dapat "ditutup dengan nyaman di atas level 1.900 dolar AS, itu bisa menjadi sinyal yang sangat bullish untuk sisa bulan ini", menambahkan bahwa ia memperkirakan "resistensi kuat di wilayah 1.950 dolar AS" untuk logam kuning.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (13/1/2023) bahwa indeks harga impor AS naik 0,4 persen pada Desember setelah turun sebesar 0,7 persen yang direvisi pada November, mengejutkan para ekonom yang memperkirakan penurunan 0,8 persen.

Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan yang dirilis Jumat (13/1/2023) naik menjadi 64,6 dalam survei awal Januari, pembacaan tertinggi sejak Januari 2022 dan naik 8,2 persen dari pembacaan Desember 59,7.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Maret naik 36,8 sen atau 1,53 persen, menjadi menetap pada 24,372 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman April tergelincir 11,8 dolar AS atau 1,09 persen, menjadi ditutup pada 1.072,50 dolar AS per ounce.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement