Sabtu 14 Jan 2023 14:22 WIB

Antisipasi Resesi, JPMorgan Sisihkan Dana Rp 21,84 Triliun

Kinerja saham JPMorgan naik 2,5 persen ke level 143,04 dolar AS per saham.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Pemandangan sebuah tanda di gedung JPMorgan Chase di New York, New York, AS, 16 April 2009 (diterbitkan ulang 19 April 2021). Pada 19 April 2021 dua belas klub sepak bola Eropa, AC Milan, Arsenal FC, Atletico de Madrid, Chelsea FC, FC Barcelona, ??FC Internazionale Milano, Juventus FC, Liverpool FC, Manchester City, Manchester United, Real Madrid CF dan Tottenham Hotspur telah mengumumkan penciptaan Liga Super. Seorang juru bicara JP Morgan mengkonfirmasi 19 April 2021 bahwa mereka secara finansial mendukung liga baru.
Foto: EPA-EFE/JUSTIN LANE
Pemandangan sebuah tanda di gedung JPMorgan Chase di New York, New York, AS, 16 April 2009 (diterbitkan ulang 19 April 2021). Pada 19 April 2021 dua belas klub sepak bola Eropa, AC Milan, Arsenal FC, Atletico de Madrid, Chelsea FC, FC Barcelona, ??FC Internazionale Milano, Juventus FC, Liverpool FC, Manchester City, Manchester United, Real Madrid CF dan Tottenham Hotspur telah mengumumkan penciptaan Liga Super. Seorang juru bicara JP Morgan mengkonfirmasi 19 April 2021 bahwa mereka secara finansial mendukung liga baru.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank pemberi pinjaman terbesar di AS, JP Morgan Chase & Co, menyisihkan dana 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 21,84 triliun untuk mengantisipasi resesi ringan. Jumlah dana yang disiapkan tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan laba secara kuartalan.

Pendapatan JPMorgan dan sejumlah bank lainnya diperkirakan mulai menurun untuk pertama kalinya sejak kuartal ketiga 2020. Meski demikian, kinerja saham JPMorgan mengalami perbaikan dengan naik 2,5 persen ke level 143,04 dolar AS per saham pada perdagangan kemarin.

Baca Juga

Analis UBS mengatakan pendapatan bunga bersih (NII) JPMorgan yang tercatat sebesar 74 miliar dolar AS berada di bawah ekspektasi. Pertumbuhan NII yang di bawah ekspekstasi ini disinyalir akan mempengaruhi total pendapatan bank.

Chief Executive Jamie Dimon mengatakan persaingan yang tinggi pada produk simpanan seiring suku bunga yang lebih tinggi menyebabkan investor bermigrasi ke investasi dan alternatif uang tunai lainnya. "Dengan demikian, bank harus mengubah suku bunga tabungan," kata Dimon, dilansir Reuters, Sabtu (14/1/2023).