Mengenal Candi Singosari, Tempat Peninggalan Raja Kertanegara
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Anggota tim pemeliharaan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan membersihkan lumut dengan menyemprotkan air bertekanan tinggi di badan Candi Singosari, Malang, Jawa Timur. | Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wilayah Malang Raya memiliki banyak peninggalan bersejarah. Salah satunya termasuk Candi Singosari yang terletak di Jalan Kertanegara, Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Candi Singosari termasuk candi yang dipersembahkan sebagai tempat pendarmaan Kertanegara. Kertanegara merupakan raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Raja ini memimpin kekuasaan di Kerajaan Singasari sejak 1266 sampai 1292 Masehi (M).
Kertanegara dikenal sebagai raja yang menetapkan sistem persatuan Nusantara. Selanjutnya, sistem ini diterapkan Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit.
Berdasarkan catatan sejarah, Candi Singosari dibangun pada masa Kerajaan Majapahit. Tepatnya ketika masa pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi. Sementara itu, candi tersebut pertama kali dilaporkan keberadaannya oleh Nicolaus Engelhardt pada 1801.
Pada saat ditemukan, candi dalam keadaan masih berupa tumpukan batu. Sebagian bangunan fisiknya juga rusak tetapi kemudian dipugar kembali pada 1934 hingga 1937. Pemugaran ini dilaksanakan oleh Dinas Purbakala Hindia-Belanda.
Sebagai informasi, Candi Singosari dibangun dalam rangka mengenang kejayaan Raja Kertanegara. Hal ini penting mengingat raja tersebut memiliki kepercayaan Budha Tantrayana. Meskipun demikian, arca-arca yang ditemukan di sekitar candi lebih menunjukkan agama Siwa.
Dengan melihat latar belakang tersebut, maka Candi Singosari dapat menjadi pilihan wisatawan untuk mengisi liburan. Apalagi pengelola tidak membanderol harga tiket dengan harga tertentu. Wisatawan dalam maupun luar negeri cukup menulis nama diri, asal kota, dan tujuan kunjungan dalam daftar pengunjung.
Berdasarkan pengamatan Republika, luas lahan kompleks Candi Singosari tidak terlalu besar. Hal ini wajar mengingat besaran candi tidak sebesar Candi Borobudur atau Candi Prambanan. Di sisi lain, pengunjung juga tidak diperkenankan memasuki bangunan candi kecuali untuk peribadatan.