REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Nasional Pantau Gambut Iola Abas mengatakan banyak alih fungsi lahan gambut yang berakibat buruk bagi lingkungan karena tidak mengindahkan tata kelola lahan gambut yang berkelanjutan.
"Sebenarnya yang paling mengkhawatirkan itu adalah alih fungsi lahan gambut menjadi banyak hal, bisa jadi pemukiman, bisa jadi lahan perkebunan, lahan pertanian skala besar, atau menjadi proyek-proyek strategis," kata Iola Abas saat ditemui ANTARA di Jakarta, Sabtu (14/1/2023).
Iola Abas menjelaskan alih fungsi lahan tersebut akan menghilangkan karakteristik lahan gambut tersebut dan membuat gambut menjadi rusak.
Pihaknya menambahkan sifat gambut yang menyimpan senyawa karbon dalam jumlah besar, jika rusak akan berpengaruh terhadap lingkungan.
"Kalau misalnya gambut dialihfungsikan, dibuka, dikeringkan, itu emisi karbon yang terlepas akan besar sekali dan itu sangat berpengaruh pada perubahan iklim," kata Iola.
Selain itu, rusak-nya lahan gambut juga akan membuat kehidupan masyarakat di sekitarnya terganggu karena kehidupan sehari-hari mereka bergantung pada lahan tersebut.
Lahan gambut yang rusak juga dapat mengganggu habitat satwa liar dan mengancam kelestarian keanekaragaman hayati.
"Habitat satwa-satwa liar juga akan terganggu, kemudian hilangnya keanekaragaman hayati. Sebenarnya cukup banyak masalahnya kalau misalnya gambut itu dirusak," kata Iola Abas.
Pihaknya berharap melalui Pameran dan Diskusi Gambut di Kala Senja, Jakarta, Sabtu, dapat menyuarakan keresahan para aktivis lingkungan pada isu gambut agar diketahui masyarakat.
"Kita menggunakan ilustrasi untuk menyuarakan keresahan mengenai lahan gambut," kata Iola Abas.