Ahad 15 Jan 2023 11:46 WIB

Dinas Pendidikan Pekanbaru Larang Murid Main Lato-lato di Sekolah

Lato-lato bisa mengurangi frekuensi anak bermain gim menggunakan gawai.

Ilustrasi Permainan Lato-lato
Foto: Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi Permainan Lato-lato

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU--Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, melarang murid bermain lato-lato di sekolah. Hal ini dilakukan dalam upaya mewujudkan lingkungan kondusif untuk kegiatan belajar mengajar.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru Abdul Jamal mengatakan, pengumuman mengenai larangan bermain lato-lato di sekolah telah disampaikan secara lisan dalam pertemuan dengan para kepala sekolah maupun guru. Menurut dia, dinas juga bisa mengeluarkan surat edaran mengenai larangan bermain lato-lato di sekolah jika diperlukan.

Baca Juga

Dia menyampaikan, sekolah merupakan tempat kegiatan belajar mengajar, karenanya siswa dilarang membawa dan bermain lato-lato di lingkungan sekolah. Selain itu, ia melanjutkan, penggunaan mainan lato-latoselain menimbulkan suara bising juga bisa membahayakan kalau sampai melenting dan mengenai orang atau kaca di bangunan sekolah.

"Sudah kita sampaikan juga bahwa memang permainan ini juga kan berbahaya. Guru-guru pasti juga sudah menyampaikan hal ini kepada siswa-siswanya. Kita tak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," katanya, di Pekanbaru, Ahad (15/1/2023).

Dia juga mengimbau orang tua murid mengawasi anak-anak mereka saat bermain lato-lato di lingkungan sekitar rumah.

"Kita juga butuh perhatian dari orang tua, kalau memang ini membahayakan orang tua tolong ingatkan anaknya. Tapi yang jelas kalau kita jaminannya di sekolah kalau jam belajar tak boleh bermain. Jangankan main lato-lato, bermain lainnya juga tak boleh kalau waktunya belajar," katanya.

Meski demikian, Jamal mengemukakan, lato-lato juga mendatangkan manfaat positif pada anak. Menurut dia, kehadiran mainan itu bisa mengurangi frekuensi anak bermain gim, menggunakan gawai, dan mendorong anak-anak kembali bermain dan berinteraksi dengan kawan-kawannya.

"Karena selama ini kita tengok anak-anak kita ini sibuk dengan gadget (gawai) saja, game. Jadi ada juga segi positifnya. Saya lihat di mana-mana, pekarangan rumah, itu sudah mulai keluar anak itu bermain. Jadi berinteraksi lah dengan teman-temannya," kata dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement