Ahad 15 Jan 2023 12:52 WIB

Usai Kunjungi Xinjiang, Dewan Komunitas Muslim: China tak Punya Tradisi Anti-Islam  

China memberlakukan kamp untuk Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur. China memberlakukan kamp untuk Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang
Foto: Reuters/Thomas Peter
Pusat pendidikan keterampilan di Xinjiang untuk Muslim Uighur. China memberlakukan kamp untuk Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang

REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG — Ketua Dewan Komunitas Muslim Dunia (TWMCC), Ali Rashid Al Nuaimi, mengatakan China tidak memiliki tradisi atau mentalitas anti-Islam. Justru perkembangan pesat Xinjiang membuktikan bahwa wilayah tersebut sedang bergerak ke arah yang benar. 

"Dalam budaya dan tradisi China, tidak pernah ada ide menentang Muslim atau peradaban Islam," kata Ali dalam sebuah wawancara dengan Xinhua dilansir dari CGTN News, Ahad (15/1/2023). 

Baca Juga

“Saya ingin menekankan bahwa peradaban China dan peradaban Islam memiliki sejarah panjang dan selalu memelihara kerja sama yang bersahabat dan hubungan yang erat,” sambungnya. 

Ali membuat pernyataan tersebut selama kunjungannya dari 8 hingga 11 Januari 2023 ke Daerah Otonom Uighur Xinjiang, China barat laut. Dia bergabung dengan lebih dari 30 pakar dan cendekiawan Islam terkenal dunia dari 14 negara atas undangan pemerintah Xinjiang setempat. 

Setibanya di sana, mereka mengunjungi berbagai situs yang mencakup karya sejarah, budaya, dan agama di kawasan itu, di mana mereka memuji upaya anti-terorisme Tiongkok, pelestarian warisan budaya takbenda Dua Belas Muqam, dan hasil yang solid di bawah Inisiatif Sabuk dan Jalan. 

Ali juga memuji kebijakan anti-terorisme dan deradikalisasi China karena membawa perdamaian dan keharmonisan di kawasan itu. Menurutnya, Xinjiang belum melihat satu pun aktivitas kekerasan teroris dan telah menghilangkan kemiskinan absolut dalam beberapa tahun terakhir, yang merupakan pencapaian luar biasa dan membawa manfaat nyata bagi masyarakat setempat. 

Dari 1990 hingga akhir 2016, pasukan separatis, teroris, dan ekstremis merencanakan dan melakukan ribuan kegiatan kekerasan dan teroris di Xinjiang, membunuh sejumlah besar orang tak bersalah.  

Ali, yang juga mengunjungi Xinjiang pada 2019, memiliki kenangan mendalam tentang perjuangan kawasan itu melawan terorisme dan ekstremisme. 

Dia percaya bahwa dibandingkan dengan 2019, perkembangan sosial Xinjiang telah mencapai tingkat yang baru, dan hubungan antar kelompok etnis menjadi lebih harmonis. "Xinjiang menuju ke arah yang benar," kata Ali.  

Dia mengutuk teroris di Suriah, Mesir, dan wilayah lain. Dia juga mengkritik ekstremis karena membunuh orang yang tidak bersalah, dan tidak menghormati hukum nasional dan hak asasi manusia. 

Baca juga: Kisah Pembantaian Brutal 20 Ribu Muslim Era Ottoman Oleh Pemberontak Yunani   

“China melakukan apa yang seharusnya untuk melindungi kepentingan nasional dan kehidupan rakyatnya,” ungkapnya. 

Dia menyarankan China lebih lanjut mempromosikan citra positif Xinjiang secara internasional untuk menyelesaikan masalah, seraya menambahkan bahwa kunjungan para ahli adalah untuk membantu dunia Islam memiliki pemahaman yang lebih jelas tentang Xinjiang di lapangan. 

“Dunia membutuhkan Tiongkok yang aman, stabil, dan makmur, terutama bagi negara-negara berkembang. Dari persahabatan persaudaraan antara Tiongkok dan dunia Islam, kami akan secara aktif menyampaikan citra pembangunan, kemajuan, dan kemakmuran Tiongkok serta menyebarkan suara yang adil ke dunia luar," kata Ali. 

Dia meminta dunia untuk mengesampingkan perbedaan politik dan ideologis dan menghormati perbedaan satu sama lain, dengan mengatakan "Anda harus berani mengatakan apa yang Anda yakini dengan lantang, terlepas dari apa yang dikatakan orang lain,” ujar Ali. 

 

Sumber: cgtn 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement