REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris telah menarik duta besarnya untuk Iran. Hal itu terkait keputusan Iran mengeksekusi Alireza Akbari, tokoh berkewarganegaraan Iran-Inggris yang pernah menjabat sebagai wakil menteri pertahanan. Iran menuduh Akbari menjadi agen spionase untuk Inggris.
Selain menarik duta besarnya di Teheran, Inggris juga akan menjatuhkan sanksi kepada Jaksa Agung Iran Mohammad-Jafar Montazeri. “Kami meminta pertanggungjawaban rezim (Iran). Inggris memiliki hari ini: Sanksi jaksa agung Iran, memanggil kuasa usaha, (dan) untuk sementara memanggil duta besar Inggris untuk konsultasi. Respons kami terhadap Iran tidak terbatas pada hari ini. Kami sedang meninjau tindakan lebih lanjut,” tulis Menteri Luar Negeri Inggris Ja,es Cleverly di akun Twitter-nya, Sabtu (14/1/2023), dikutip laman Reuters.
Dalam pernyataan terpisah, Cleverly menganggap Mohammad-Jafar Montazeri sebagai tokoh yang memiliki peran besar dalam hukuman mati Alireza Akbari. “Jaksa Agung (Iran) berada di jantung penggunaan hukuman mati oleh Iran. Kami meminta pertanggungjawaban rezim atas pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan,” ujarnya.
Pada Sabtu lalu, Iran mengumumkan bahwa mereka telah mengeksekusi mati Akbari. Dia adalah tokoh yang pernah menjabat sebagai wakil menteri pertahanan pada masa pemerintahan mantan presiden Iran Mohammad Khatami (1997-2005). Akbari ditangkap pada 2019 dan vonis mati terhadapnya diumumkan pada Rabu (11/1/2023) lalu.
Kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA), dalam laporannya Rabu lalu mengungkapkan, Akbari dinyatakan bersalah atas korupsi dan tindakan ekstensif terhadap keamanan internal serta eksternal Iran melalui penyerahan informasi kepada Inggris. Menurut IRNA, Akbari sempat mengajukan banding atas hukumannya, tapi ditolak.
Sementara itu, Kementerian Intelijen Iran mengungkapkan, Akbari merupakan salah satu agen terpenting MI6, dinas intelijen Inggris. Akbari disebut telah menyerahkan informasi berharga tentang Iran kepada Inggris.
BBC Persia sempat menayangkan rekaman audio yang diduga merupakan suara Akbari. Dalam rekaman tersebut, Akbari mengatakan bahwa dia terpaksa mengakui tuduhan otoritas Iran karena tak mampu menanggung siksaan yang dialaminya.