Senin 16 Jan 2023 06:34 WIB

Benarkah Kompor Gas Lebih Banyak Mengeluarkan Racun?

Kompor gas kerap mengeluarkan gas berbahaya meski tidak menyala.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
(Foto: ilustrasi kompor gas)
Foto: Needpix
(Foto: ilustrasi kompor gas)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Pemerintah Amerika Serikat (AS) mencuatkan wacana untuk mengatur bahkan melarang penggunaan kompor gas. Mengapa?

Sebuah studi Harvard tahun 2022 membuktikan kompor gas mengeluarkan lebih banyak racun daripada perkiraan sebelumnya.

Baca Juga

Menurut Bloomberg, Richard Trumka Jr., komisaris agensi di Komisi Keamanan Produk Konsumen AS, menyebutkan bahwa kompor gas alam, yang digunakan sebanyak 40 persen rumah di AS, sebagai "bahaya tersembunyi". “Pilihan apa pun ada di atas meja. Produk yang tidak bisa dibuat aman bisa dilarang,” kata Trumka, dikutip dari laman Cnet.

Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, sebuah penelitian oleh Harvard's T.H. Chan School of Public Health pada bulan Juni, tahun lalu, mengungkap adanya kaitan dengan soal keselamatan kompor gas.

Studi tersebut menemukan bahwa gas alam yang digunakan di rumah mengandung jauh lebih banyak racun daripada yang diperkirakan sebelumnya. Kompor dapur bertenaga gas sering kali mengeluarkan gas berbahaya dalam kadar rendah, bahkan saat tidak menyala.

Sebuah studi yang lebih baru oleh International Journal of Environmental Research and Public Health menyimpulkan bahwa sebanyak 12,7 persen asma anak dapat dikaitkan dengan penggunaan kompor gas.

Studi Harvard selama 16 bulan yang diterbitkan pada 28 Juni 2022, dalam jurnal Environmental Science & Technology mengambil sampel dari 69 kompor di rumah-rumah yang dilayani oleh tiga perusahaan gas alam berbeda di seluruh wilayah Boston. Pengujian gas metana sebelum pembakaran (tidak terbakar) menemukan lebih dari 300 bahan kimia, termasuk 21 racun di udara. Racun tersebut terutama termasuk benzena tingkat rendah, karsinogen yang diketahui, yang ditemukan pada 95 persen gas alam yang diuji.

Studi tersebut juga menemukan bahwa sekitar satu dari 20 kompor (5 persen) mengalami kebocoran gas saat tidak digunakan yang cukup besar untuk merekomendasikan tindak lanjut dengan seorang ahli. Kebocoran biasanya sangat kecil sehingga tidak dapat dideteksi oleh hidung manusia (gas alam berbau untuk keselamatan). “Tapi masih dapat menimbulkan potensi risiko kesehatan,” kata Drew Michanowicz, ilmuwan senior di PSE Healthy Energy Amerika Serikat.

Penting untuk dicatat bahwa penelitian ini dimaksudkan hanya untuk mengidentifikasi potensi risiko manusia dalam menggunakan kompor gas alam. Studi tidak mengukur tingkat paparan racun udara tersebut atau menarik kesimpulan apa pun tentang dampak tingkat paparan yang rendah ini terhadap kesehatan dari waktu ke waktu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement