REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU — Semanggen (semanggi) tergolong gulma yang bisa mengganggu produktivitas padi. Namun, sejumlah petani di wilayah Kabupaten Indramayu justru tertarik untuk membudidayakan tanaman berukuran kecil yang biasa tumbuh di area persawahan itu.
Di Kabupaten Indramayu, semanggen bisa menjadi bahan kuliner, yaitu untuk rumbah (pecel) semanggen. Untuk membuatnya, semanggen direbus, kemudian dicampur dengan sayuran lainnya, seperti taoge, dan remucu (pisang muda). Setelah itu diberi sambal. Bisa juga sekaligus ditambahkan parutan kelapa.
Permintaan semanggen disebut tidak hanya di Kabupaten Indramayu. Ada juga dari daerah tetangga, seperti Pamanukan, Kabupaten Subang. Adanya permintaan ini mendorong sejumlah petani di Indramayu menyeriusi budi daya semanggen.
Salah satunya Sawi (56 tahun). Ia mengaku beralih dari menanam padi ke budi daya semanggen sejak tiga tahun lalu. Alasannya, hasil budi daya semanggen dinilai lebih menguntungkan ketimbang menanam padi. “Permintaan semanggen sekarang tinggi, saya sampai kesulitan memenuhinya,” kata dia.
Awalnya semanggen dibiarkan tumbuh liar. Seiring dengan meningkatnya permintaan, Sawi menekuni budi daya semanggen. Tanaman itu dirawat dan diberi pupuk agar tumbuh lebih cepat, sehingga bisa dipanen. “Sekarang panen semanggen tiap 12 hari. Permintaan terus mengalir,” ujar Sawi.
Semula budi daya semanggen dilakukan oleh sejumlah petani di wilayah Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu. Kini budi daya semanggen pun dilirik petani di wilayah barat Kabupaten Indramayu, seperti di Desa Kertamulya, Kecamatan Bongas.
Di tepi jalan raya Lempuyang-Bongas, misalnya, terdapat belasan petak lahan semanggen. Lahan itu sekaligus dijadikan tempat jualan semanggen yang dipanen petani. “Sekarang banyak petani yang beralih bertanam semanggen, terutama mereka yang lahannya kurang produktif,” ujar Sugianto, salah seorang tokoh petani di wilayah barat Kabupaten Indramayu, Sabtu (14/1/2023).
Saat musim hujan, petani yang menanam padi di lahan kurang produktif disebut waswas sawahnya kebanjiran. Sementara ketika membudidayakan semanggen, melimpahnya air justru akan membantu pertumbuhan tanaman itu.
Menurut Sugianto, budi daya semanggen terbilang mudah, dengan biaya produksi yang juga terbilang murah. Lahan yang akan ditanami semanggen cukup ditraktor. Kemudian tanaman semanggen diberi pupuk, serta dilakukan perawatan berkala.
Sugianto mengatakan, petani tertarik membudidayakan semanggen karena lebih cepat dipanen ketimbang padi. Selain itu, budi daya semanggen dinilai menguntungkan. Dalam sebulan, kata dia, panen semanggen bisa dilakukan tiga kali. Harganya disebut sekitar Rp 8.000 per kilogram.
Dengan harga tersebut, untuk satu hektare lahan semanggen, petani disebut bisa memperoleh pendapatan sekitar Rp 3,5 juta-5 juta per bulan. “Kalau padi kan panennya menunggu seratus hari. Petani padi juga dapat untung kalau harga gabahnya lagi tinggi. Kalau lagi anjlok, ya mereka rugi. Beda dengan semanggen, untung terus,” kata Sugianto.