Senin 16 Jan 2023 12:06 WIB

Mengapa Kaum Sesat Bisa Kalahkan Orang yang Beriman? Ini Penjelasan Ulama 

Secara temporal, adalakalanya orang beriman dikalahkan orang-orang yang sesat

Rep: Muhyiddin / Red: Nashih Nashrullah
Ilustrasi orang beriman. Secara temporal, adalakalanya orang beriman dikalahkan orang-orang yang sesat
Foto: Anadolu Agency
Ilustrasi orang beriman. Secara temporal, adalakalanya orang beriman dikalahkan orang-orang yang sesat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjawab pertanyaan tentang penyebab kaum sesat yang seringkali mengalahkan kaum beriman.

Padahal, kelompok beriman yang dapat petunjuk itu mendapat pertolongan dan rahmat Tuhan serta dibimbing Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga

Lalu mengapa seringkali kelompok yang mendapat petunjuk bisa dikalahkan oleh kelompok sesat yang tergabung dalam golongan setan?

Dan mengapa sekelompok penduduk Madinah bersikap munafik, tetap berada dalam kesesatan, serta tidak mau meniti jalan yang benar?

Padahal, lanjut Nursi, mereka hidup berdampingan dengan Rasul yang kenabian dan kerasulannya begitu terang seperti mentari, dan Rasulullah SAW terus mengingatkan mereka dengan mukjizat Alquran yang bisa mempengaruhi jiwa layaknya obat mujarab, serta mengajarkan mereka dengan berbagai hakikatnya yang bisa menarik segala sesuatu dengan hebat layaknya daya gravitasi.

Dalam menjawab berbagai pertanyaan tersebut, pertama-tama Nursi menjelaskan sebuah landasan yang mendalam seperti  dikutip dalam bukunya yang berjudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press halaman 157-158.

Karena Pencipta alam semesta memiliki dua jenis nama yang bersifat jalali (agung) dan bersifat jamali (indah), dan karena masing-masing dari nama tersebut tampil dengan manifestasi yang berbeda-beda antara yang satu dengan lainnya, maka Sang Mahapencipta pun telah mencampur segala sesuatu dengan lawannya, menghadapkan yang satu dengan lainnya, sekaligus memberikan kepada mereka sifat saling membela diri dan melanggar.

Dengan kondisi tersebut, menurut Nursi, terciptalah sebuah pertarungan penuh hikmah dan manfaat disertai berbagai perbedaan dan perubahan yang muncul akibat pelanggaran yang satu terhadap lainnya. 

Di sana tampak kebijaksanaan Allah SWT. Dia menjalankan roda alam ini dalam aturan yang tinggi dan sempurna serta sesuai dengan kaidah perubahan.

Baca juga: Kisah Pembantaian Brutal 20 Ribu Muslim Era Ottoman Oleh Pemberontak Yunani  

Karena itu, menurut Nursi, Allah menjadikan manusia, sebagai buah yang menghimpun pohon kekhalifahan, mengikuti kaidah tadi, yaitu kaidah untuk membela diri dan bertarung. Allah SWT membuka di hadapan manusia pintu perjuangan yang menjadi poros seluruh kesempurnaannya.

Maka dari itu, tambah Nursi, Allah SWT memberikan kepada golongan setan berbagai perangkat dan sarana untuk bisa menghadapi golongan Allah SWT dalam medan pertempuran. 

“Inilah sebabnya mengapa kaum yang sesat yang sebenarnya berada dalam kelemahan bisa melawan dan mengalahkan, secara temporer, kaum yang benar dan kuat yang berada di belakang para nabi,” jelas Nursi.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement