REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah mengalami penguatan pada perdagangan Senin (16/1/2023). Kurs rupiah berdasarkan data Jisdor BI berada di level Rp 15.019 per dolar Amerika Serikat (AS). Angka itu menguat dari hari sebelumnya di level Rp 15.177.
Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan, penguatan mata uang garuda sejalan dengan momentum pelemahan indeks dolar AS terhadap sejumlah mata uang lainnya. Indeks dolar AS saat ini di level 1.601,23.
Faktor yang membuat rupiah menguat antara lain meningkatnya ekspektasi bahwa bank sentral AS Federal Reserve (the Fed) akan mengendurkan kenaikan suku bunga acuannya tahun ini. Hal tersebut seiring dengan data inflasi AS terbaru yang memperlihatkan penurunan.
"Ekspektasi terhadap kebijakan the Fed tersebut mendorong pelaku pasar masuk kembali ke aset berisiko," kata Ariston kepada Republika, Senin (16/1/2023).
Dari dalam negeri, data neraca dagang Indonesia pada Desember 2022 yang mengalami surplus lagi bisa menopang penguatan rupiah. Surplus perdagangan bisa menambah suplai dolar AS di tanah air, apalagi ditambah dengan revisi kebijakan devisa hasil ekspor (DHE).
Perbaikan DHE ini bertujuan untuk mengantisipasi perlambatan kinerja ekspor yang akan terjadi pada tahun 2023. Kebijakan itu diharapkan bisa menopang peningkatan ekspor dan surplus neraca dagang sejalan dengan peningkatan cadangan devisa.
Pekan ini, Ariston melihat, peluang rupiah untuk bergerak ke level Rp 14.800 per dolar AS masih terbuka. Namun, penguatan rupiah masih bisa tertahan karena level sekitar Rp 15 ribu adalah kisaran support.