REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--- Media online mulai marak di Indonesia sejak tahun 2000an. Paradigma media berubah seiring kemunculan beragam sosial media seperi Friendster, Twitter, Facebook dan lainnya.
"Sejak keluar Facebook, orang-orang makin ekspresif menyuarakan pemikiran dan pendapatnya," ujar M Irwan Ariefyanto, Kepala Republika Online dalam Republika Online Journalism Training di Fakultas Teknologi Indsutri Pertanian Unpad, Bandung (20/10).
Fenomena Twitter juga ikut menyumbang dalam kemajuan ini. Pengguna Twitter di Indonesia termasuk salah satu yang terbanyak di dunia. Jumlah pemilik akun di negara ini mencapai 50 juta. Menariknya, kehadiran Twitter juga diiringi dengan kemunculan pewarta amatir.
Banyak masyarakat yang menggunakan twitter sebagai sumber mencari informasi. Meski sosial media tidak menjamin informasi yang diberikan bisa dipercaya. Apa yang tertera di dinding sosial media belum dipastikan kebenarannya.
Di titik ini peran wartawan profesional masih dibutuhkan. Media massa akan melakukan verifikasi untuk menjamin sumber yang dibagikan bisa dipercaya. "Media massa akan memuat fakta, bukan opini penulisnya," ujar Irwan.
Masyarakat pun bisa menjadi pemberi informasi di media massa. Julukannya citizen journalism. Banyak kejadian yang tersiar pertama kali melalui tangan mereka, termasuk kejadian tsunami di Aceh.
Dalam pelatihan jurnalisme di UNPAD itu, peserta juga diperkenalkan mengenai dasar jurnalistik, termasuk teknik mencari berita dan wawancara. Pelatihan ini diikuti sekitar 100 mahasiswa dari berbagai fakultas.