Kamis 22 May 2014 20:04 WIB

Kelangkaan Energi, Salah Siapa?

Sumber Energi (ilustrasi).
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Sumber Energi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Alam sudah mencukupi kebutuhan energi manusia. Sayangnya, manusia tak pernah puas. Hingga pembicaraan mengenai kelangkaan energi menjadi topik utama. Indonesia bahkan menghadapi kelangkaan energi hingga 10 tahun mendatang. Para inovator pun berusaha menggagas sumber energi alternatif.

Produksi tidak bisa mengimbangi konsumsi. Bisa jadi itu ungkapan yang memperlihatkan kondisi migas Indonesia saat ini.

Melihat data dari perusahaan pengola minyak BP tahun 2010, Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas bumi sebanyak 4,4 miliar barrel. Angka ini mengantarkan Indonesia di posisi ke-19 dengan cadangan minyak dibawah 10 persen. Jauh dari Rusia dengan cadangan minyak tertinggi bahkan mendekati sempurna.

Sementara Amerika berada di peringkat ke-5 tertinggi di atas 50 persen. Data-data ini menujukkan Rusia masih memiliki cadangan minyak yang belum tereksplorasi dan di Amerika baru setengah dari potensi minyak yang tereksplorasi.

Lantas strategi apa yang hendaknya dilakukan Indonesia menuju 2025 mendatang? Energi terbarukan menjadi salah satu pilihannya. Energi terbarukan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi serta ketersediannya yang cukup melimpah di Indonesia.

Seperti pengolahan biomassa yang diolah dari daun, ranting, sekam padi dan kulit buah.  Energi terbarukan juga bisa berupa bioetanol, biogas dan biohidrogen. Penggunaan energi terbarukan ini juga diklaim menghasilkan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan.

Namun lebih dari itu, kelangkaan sumber energi di Indonesia juga didesak dari hambatan saat operasi. Salah satunya, gangguan fasilitas dan penurunan potensi subsurface. Lainnya, seperti status perpanjangan kontrak yang berdampak pada shifting, pembebasan lahan, perubahan prioritas pekerjaan, tertundanya perizinan, kendala operasi, dan keterbatasan fasilitas.

Tak ada gading yang tak retak. Semoga semua hambatan yang melintang justru menjadi pemacu keberhasilan negara menyelamatkan cadangan energi di bumi pertiwi.

Penulis: M. khoirul Ummam – Mahasiswa Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement