REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Udara lembab memenuhi ruangan berukuran kira-kira 10x5 meter yang terletak di salah satu sudut food court lantai 1, Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta.
Sekumpulan manusia bersesakan di dalam ruang ini. Halte Bus Trans Jakarta PGC, demikianlah kalimat yang tertera di atas pintu masuknya.
Rupanya orang-orang sedang menunggu datangnya sarana transportasi publik rakyat Jakarta tersebut.
Sekitar 1 jam waktu habis digunakan untuk menunggu datangnya Bus Trans Jakarta tujuan PGC-Tanjung Priok. Tepat di depan pintu masuk bus,nampak seorang ibu yang sudah tak sabar menunggu kehadiran kendaraan massal ini.
"Lama banget, udah jam berapa nih?" pekiknya. Wajahnya yang keriput bercucuran keringat, membentuk mimik marah, menunjukkan bahwa batas kesabarannya telah habis.
"Gila, lama banget, telat nih!" tambah seorang bapak yang berdiri di barisan bagian tengah. Petugas berpakaian seragam warna merah, nampak bingung menghadapi kondisi ini.
Ia terlihat sibuk menghubungi petugas lapangan untuk mencari tahu posisi bus terdekat. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.30 WIB ketika bus tiba.
Bus tersebut kemudian langsung dipenuhi orang-orang bagai berebutan sembako. Kondisi demikian menunjukkan kurangseriusnya pemerintah dalam menangani masalah transportasi Kota Jakarta.
Apalagi Jakarta memegang peran penting sebagai ibu kota negara, sebaiknya pemerintah berbenah diri, mengingat hal ini sudah menjadi masalah klasik yang terkesan diabaikan oleh pemerintah.
Tulisan Gustaf Geysbert, Mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta.