REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Jauh sebelum kecelakaan pesawat komersial Sukhoi terjadi di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat terjadi pekan lalu, publik mengetahui Sukhoi melalui pesawat temputnya. Bahkan, jet tempurnya itu telah lebih dulu memiliki nama, yang bisa disejajarkan dengan pesawat-pesawat tempur buatan negeri Paman Sam AS.
Namun, tahukah anda, jika berbicara industri penerbangan, Rusia, dalam hal ini Sukhoi telah malang melintang. Sukhoi merupakan produsen pesawat perang yang dibuat pada 1910. Sukhoi dibuat Uni Soviet, sebelum runtuh, sebagai pesawat tempur andalan untuk berperang melawan AS.
Pada September 1939 Rusia menunjuk Sukhoi untuk mengepalai organisasi baru bernama OKB-134 (sebuah biro desain eksperimental) di kota Khakov, Ukraina. Di antara tahun 1930 dan 1940, Sukhoi berhasil memproduksi beberapa desain yang gemilang, namun gagal karena kecelakaan saat uji coba.
Sukhoi pun menggunakan pesawat Jerman ME-262 sebagai fondasi penciptaan pesawat tempur SU-9 miliknya. Selama ini Sukhoi yang paling gemilang adalah T-4, yang merupakan sebuah pesawat penyerangan atau pengintaian supersonic canggih. Pesawat itu dibuat untuk merespon B-70 black bird milik AS.
Sukhoi juga merancang salah satu pesawat yang legendaris, yaitu 'Sukhoi SU-27'. Pesawat yang dirancang OKB-134 ini, bertujuan menjadi rival dari pesawat tempur rakitan AS yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, Dan F/A-18 Hornet.
Sementara terkait kecelakan pesawat Sukhoi Superjet 100 ini merupakan pesawat komersial yang diproduksi pada 2007 lalu. Sukhoi Superjet 100 terbang perdana pada 19 mei 2008. Keunggulan pesawat ini terletak pada handling yang dapat ber-manuver layaknya pesawat tempur.
Dengan berbekal mesin jenis SaM-146 turbofan, Sukhoi siap menyaingi pesawat komersial produksi Boeing dan Airbush. Kapasitas penumpang maksimal SSJ 100 adalah 70 orang. Sementara tipe lain berkapasitas 98 penumpang.
Kecepatam maksimal pada SSJ 100 tipe 98 penumpang adalah 0,81 mach (992,29km/ jam) dengan ketinggian maksimum 1,2 km. Berat yang mampu diangkat pada saat take off sebanyak 38,8 ton. Sedangkan ketika mendarat menjadi 35 ton dan berat kosongnya sekitar 9,13 ton.
Penulis: Ibnu Aulia (SMAN 67 Jakarta), Nadira Raycha (SMA Angkasa 2), Nanda Bagus Prawira (SMA Angkasa 1), Andhini Wulan Saputri (SMAN 104 Jakarta).