REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kita pasti pernah mengenal kalimat “Buku adalah Jendela Dunia” dan merupakan fakta yang tak terbantahkan.Tapi bagaimana jika kebanyakan orang salah mempersepsikannya, terutama kaum pelajar?
Misalkan para pelajar membaca buku selain pelajaran .contohnya novel,bisa saja komik atau majalah tapi mayoritas yang di baca kaum pelajar adalah novel yang di baca di lingkungan sekolah.Sebenarnya yang jadi masalah bukan novelnya,tapi tempatnya.Bukankah sekolah tempat untuk belajar?
Mungkin tidak jadi masalah jika tidak mengganggu pelajaran,tapi jika sudah mengganggu pelajaran hingga lupa segala tugas dan PR karena terlalu tekun membaca novel, bukankah urusannya berbeda?. Kebanyakan pelajar pasti berdalih ''Novel kan buku, berarti novel jendela dunia juga, berarti tidak salah kalau membaca novel, toh novel juga memberikan pengetahuan''?
Memang betul, tapi menjadi persepsi yang salah jika kita sampai mengabaikan jendela dunia yang lebih penting yaitu pelajaran di sekolah.
Saya adalah salah satu penggemar novel, yang tahan berjam-jam jika sudah membacanya. Jika saja kita dapat mengatur waktu antara jendela dunia yang penting dan jendela dunia yang lainnya maka jendela ilmu yang sesungguhnya akan kita temukan. Mungkin solusinya dengan membaca novel di hari libur atau jika tugas-tugas di sekolah sudah selesai.Pada intinya jangan sampai waktu yang mengatur kita, tapi buatlah agar kita yang pintar mengatur waktu.
Penulis: Galuh Setyo Harini (Siswi SMK Perguruan Cikini 3 Jakarta)