REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kantor Riset Makroekonomi ASEAN+3 (AMRO) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan ASEAN+3 (China, Jepang, serta Korea) pada tahun 2022 dari 3,7 persen di bulan Oktober 2022 menjadi 3,3 persen pada Januari 2023.
"Hal ini terutama disebabkan oleh berlanjutnya pelemahan di ekonomi Plus-3, terutama China yang pertumbuhannya ternyata jauh lebih lemah," ucap Kepala Ekonom AMRO Hoe Ee Khor dalam konferensi pers secara virtual, Jakarta, Selasa.
Meskipun ada penurunan, lanjutnya, kawasan ASEAN sendiri berpotensi tumbuh lebih tinggi dari prediksi sebesar 5,3 persen pada Oktober 2022 menjadi 5,6 persen pada Januari 2023 akibat adanya pertumbuhan permintaan domestik yang menguat.
Adapun pada tahun 2023 pertumbuhan di kawasan ASEAN+3 diproyeksikan menguat menjadi 4,3 persen karena ekonomi China diperkirakan akan pulih dengan kuat. Hal ini dipengaruhi pembukaan pembatasan China dan pencabutan berbagai kebijakan pelonggaran terkait pandemi COVID-19.
"Inflasi diperkirakan akan turun menjadi 4,5 persen pada tahun 2023 dari proyeksi lonjakan 6,3 persen tahun lalu," ujarnya.
Pembukaan perbatasan China, terutama dengan kembalinya turis China yang berpotensi mendorong sektor pariwisata, akan memberikan dorongan pertumbuhan ekonomi dunia meskipun saat ini terjadi hambatan pada aktivitas ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa yang dibayangi risiko resesi.
Hambatan ekonomi global ini dipengaruhi pengetatan kebijakan moneter yang agresif di Amerika Serikat, sehingga pesanan ekspor bakal lebih lemah untuk ASEAN+3.
"Ekonomi China yang lebih kuat akan memberikan dukungan untuk aktivitas regional sementara pembukaan kembali perbatasan akan meningkatkan pariwisata intra-regional," kata Hoe Ee Khor.