Selasa 17 Jan 2023 18:43 WIB

Mahasiswa Jogja Meninggal Sulit Bayar UKT, Dirjen: Setahu Saya Rektor UNY Sangat Peduli

Soal Mahasiswa Jogja meninggal sulit bayar UKT, Dirjen sebut Rektor UNY sangat peduli

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bilal Ramadhan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Prof Nizam. Soal Mahasiswa Jogja meninggal sulit bayar UKT, Dirjen sebut Rektor UNY sangat peduli
Foto: Tangkapan layar
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Prof Nizam. Soal Mahasiswa Jogja meninggal sulit bayar UKT, Dirjen sebut Rektor UNY sangat peduli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia maya tengah dihebohkan dengan kisah seorang mahasiswi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) angkatan 2020, Nur Riska, yang berjuang meminta keringanan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sampai akhir hayatnya. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemenidkbudristek) merespons dengan memastikan, tidak boleh ada mahasiswa yang tidak bisa kuliah karena alasan ekonomi.

"Pertama turut bela sungkawa mendalam atas wafatnya almarhumah. Kalau betul kejadian tersebut, kami tentu sangat prihatin. Selalu saya tekankan, kebijakan nasional pendidikan tinggi bahwa tidak boleh ada mahasiswa yang sampai tidak bisa kuliah karena alasan ekonomi," ujar Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek, Nizam, lewat pesan singkat, Selasa (17/1/2023).

Baca Juga

Nizam menjelaskan, pemerintah pasti akan membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu dalam menempuh pendidikan tinggi. Salah satunya melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.

Selain lewat KIP Kuliah, perguruan tinggi juga dia sebut memberikan berbagai bentuk bantuan, mulai dari pengurangan UKT sampai dengan pembebasan UKT. Bahkan, kata dia, banyak yang memberikan beasiswa dari berbagai sumber pendanaan.

"Perguruan tinggi juga memberikan berbagai bentuk bantuan, mulai dari pengurangan UKT sampai pembebasan UKT, bahkan banyak yang memberi beasiswa dari berbagai sumber pendanaan," jelas dia.

Menurut dia, selama ini pihak UNY, termasuk rektornya sangat peduli dengan mahasiswa kurang mampu. Rektor dan para dosen terkadang turut membantu mereka dengan menggunakan dana pribadi yang dimiliki. Melihat apa yang terjadi pada Riska, Nizam berharap kejadian serupa tak kembali terjadi di masa yang akan datang.

"Setahu saya selama ini UNY, termasuk rektornya, sangat peduli pada mahasiwa yang kurang mampu. Bahkan dosen-dosen dan rektor kadang membantu dengan dana pribadi," terang Nizam.

Sebelumnya, pemilik akun @rgantas, Ganta Semendawai, yang juga rekan Riska dalam cuitannya menjelaskan kisah pilu yang dialami Riska. Riska berasal dari keluarga yang bukan dari kalangan berada di Purbalingga, Jawa Tengah.

Orang tuanya hanya berdagang sayur gerobak di pinggir jalan. Sang Ibu harus berjuang menghidupi Riska dan keempat adiknya yang belum lulus kuliah.

Dalam cuitannya tersebut, Ganta menuliskan bahwa Riska memiliki persoalan dalam membiayai perkuliahannya. Meskipun bukan hal yang baru di UNY, namun dalam kasus Riska dinilai berbeda.

Riska awalnya sudah mengisi nominal pendapatan yang sesuai dengan kemampuannya, namun karena dirinya tidak memiliki laptop, dirinya tidak mengunggah berkas-berkas yang diperlukan.

Lantaran ponsel tetangganya tidak secanggih android pada umumnya, akhirnya berkas-berkas tersebut tidak bisa dikirim. Hal itu lah yang menyebabkan nominal UKT-nya melonjak. Sehingga Riska harus membayar UKT sebesar Rp 3,14 juta.

Dirinya beruntung sempat dibantu oleh guru-guru di sekolahnya ketika itu untuk membayar biaya UKT tersebut. Riska akhirnya bisa membayar UKT pertamanya dan resmi menyandang sebagai mahasiswa UNY.

Pada awal perkuliahannya, Riska juga diketahui sempat bolak-balik ke Rektorat UNY untuk mengajukan keberatan terhadap nominal UKT-nya. Namun usahanya tersebut tak kunjung menemui kejelasan. Menurutnya dirinya seolah seperti bola yang dipermainkan.

Ganta juga mengaku sempat menghubungkan Riska dengan pihak kampus. Setelah diupayakan pihak kampus hanya menurunkan biaya UKT Rp 600 ribu. Saat hampir menyerah, ia akhirnya mendapat bantuan dari DPA, dan kajur yang patungan membantu Riska.

"Sayangnya meski demikian, nominal tersebut masih belum cukup. Orang tua Riska dan Riska masih harus mencari sisanya. Maklum, periode itu pandemi sedang mengamuk. Akhirnya ia mencoba meminjam uang. Dan di babak akhir Riska bisa mengisi KRS & perkuliahan semester itu masih aman," tulis Ganta.

Perjuangan Riska tidak berhenti sampai di situ. Pada semester berikutnya ia kembali kesulitan membayar UKT. Berbagai informasi tersiar soal kabarnya.

Ada yang menyebut bahwa Riska akhirnya menyerah, namun ada juga kabar yang menyebut bahwa dirinya cuti dan mencari kerja untuk membayar UKT semester selanjutnya. Namun Ganta mengaku tidak mengetahui pasti terkait kabar itu. Tepat pada 9 Maret 2022 Riska telah dinyatakan meninggal dunia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement