REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Target investasi yang bisa dikeruk pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp 1.400 triliun. Angka optimistis ini tetap dipasang oleh pemerintah meski diakui ekonomi global sedang tidak baik baik saja.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menjelaskan tahun 2023 akan berat. Berbagai tantangan seperti perang Rusia Ukraina, ketegangan China dan Taiwan serta ketidakpastian global menjadi tantangan tahun ini.
"Tantangan kita di 2023, tahun yang berat, tidak sebaik 2022. Dimana perang ini masih belum berakhir. Tanda tanda berakhir juga belom ada. Serangan juga berjalan. China taiwan juga. Lalu, perlambatan ekonomi global. Belum ada satu orang pun yang memberikan keyakinan yang pertumbuhan ekonomi global baik baik saja," ujar Bahlil dari Davos, Swiss, Selasa (17/1/2023).
Meski dunia sedang tidak baik baik saja, kata Bahlil, Indonesia optimitis tetap akan mencapai target investasi. Pertumbuhan investasi akan didorong dari sektor hilirisasi komoditas. Selain menarik masuknya penanaman modal asing, adanya hilirisasi komoditas bisa mendorong pembukaan lapangan pekerjaan.
"Kita fokus ke hilirisasi. Gak ada cara lain untuk pertumbuhan investasi dan mendorong lapangan kerja selain hilirisasi," ujar Bahlil.
Berkaca dari momen G20 kemarin, Bahlil percaya diri menjelaskan bahwa banyak investor dari luar negeri yang ingin masuk ke Indonesia. Dalam lawatannya ke Swiss kali ini di World Economic Forum (WEF), Bahlil sesumbar bahwa banyak pihak yang ingin bertemu dengan Indonesia untuk menindaklanjuti rencana investasi.
"Pasca G20, bahwa posisioning dari Indonesia di mata negara dunia, trust investor dari FDI kita semakin baik. Bahkan sekarang ini, kami dimintai terus untuk berdiskusi dengan calon investor dan Menteri Menteri di Davos," ujar Bahlil.
Bahlil juga merinci, ada delapan sektor prioritas dari 21 komoditas yang akan digenjot hilirisasinya pada tahun ini. Total investasinya jika terealisasi yakni sebesar 545,3 miliar dolar AS atau sekitar Rp 8.289,3 triliun.