REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam ajaran Islam, iman mempunyai 77 cabang. Salah satu dari 77 cabang iman adalah mencintai Allah SWT.
Syekh Muhammad Nawawi Bin Umar Banten menjelaskan pengertian mencintai Allah SWT. Secara logika kerangka kerja, kecintaan kepada Allah SWT digambarkan Imam Sahal.
Dia menjelaskan, tanda mencintai Allah SWT adalah mencintai Alquran. Tanda mencintai Allah dan Alquran adalah mencintai Nabi Muhammad SAW.
Tanda mencintai Nabi Muhammad SAW adalah mencintai sunnah (yakni ucapan, tingkah laku, dan sikap) Rasulullah SAW. Tanda mencintai sunnah adalah mencintai akhirat.
Tanda mencintai akhirat adalah membenci dunia (yakni pujian orang, penampilan, kemewahan dan lain sebagainya).
Tanda membenci dunia adalah tidak mempergunakan harta benda dunia kecuali sebagai bekal menuju akhirat.
Syekh Hatim bin Alwan mengatakan, barang siapa mengaku tiga hal tanpa tiga hal lainnya, maka dia adalah pembohong.
Orang yang mengaku mencintai Allah SWT tanpa menjauhi larangan-Nya, orang yang mengaku mencintai Nabi Muhammad SAW tanpa mencintai kefakiran, dan orang yang mengaku mencintai surga tanpa mau menyedekahkan hartanya.
Sebagian dari ahli makrifat mengatakan, jika iman seseorang berada di luar hati, maka dia akan mencintai Allah SWT dengan kecintaan yang sedang.
Jika iman seseorang telah masuk ke tengah hati, maka dia akan mencintai Allah SWT dengan kecintaan yang sepenuhnya dan akan meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan.
Pada pokoknya mengaku cinta adalah menanggung risiko. Oleh karena itu Syekh Fudlail bin Iyadl mengatakan, “Jika kamu ditanya apakah kamu mencintai Allah, maka diamlah. Karena sesungguhnya jika kamu mengatakan "tidak," maka kamu kafir, dan jika mengatakan "ya," maka sifat kamu bukanlah sifat dari orang-orang yang mencintai-Nya.”