REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kanker paru-paru seringkali tidak bergejala. Tak heran bila banyak pasien kanker paru datang pada stadium lanjut dan akhirnya membuat harapan hidup pasien semakin tipis.
"Karena itulah sebelum terlambat, perlu adanya skrining dan uji klinis besar dari computed tomography (LDCT) dosis rendah, pada perokok dan perokok baru dengan riwayat merokok setidaknya 30 bungkus per tahun untuk mengetahui adanya sel kanker paru di dalam tubuh seseorang," saran Senior Consultant Medical Oncology dari Parkway Cancer Centre, Dr Wong Siew Wei dal siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (17/1/2023).
Dengan melakukan skrining awal, lanjutnu, menunjukkan penurunan 20 sampai 26 persen dalam mortalitas kanker paru-paru pada kelompok berisiko. "Strategi skrining hanya untuk perokok aktif, dan belum ada rekomendasi untuk perokok pasif,” jelasnya.
Kanker paru-paru dicurigai saat pencitraan dada mengungkapkan bayangan abnormal di paru-paru. Studi pencitraan lebih lanjut untuk menentukan stadium kanker secara akurat biasanya mencakup pemindaian PET/CT dan MRI otak.
Dokter Wong mengatakan meskipun kanker paru-paru menjadi kanker dengan jumlah kematian tertinggi tetapi harapan pasien untuk sembuh, baik di stadium 1 bahkan hingga stadium 4 sekalipun, masih tetap ada.
"Karena itulah dia menyarankan pasien kanker untuk tidak perlu takut mendatangi klinik kanker," ujarnya.
Deteksi dini memungkinkan kesempatan terbaik untuk sembuh. Bahkan kanker stadium awal memiliki risiko kambuh tetapi dengan strategi pengobatan baru maka kesempatan sembuh akan lebih besar.
“Pasien kanker paru-paru masih punya kesempatan untuk bisa sembuh total, asalkan dapat segera ditangani dengan terapi dan pengobatan yang tepat. Apalagi saat ini sudah ada berbagai jenis strategi dan pengobatan terbaru untuk proses penyembuhan kanker,” jelasnya.