REPUBLIKA.CO.ID, SRAGEN -- Jumlah sapi di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, yang terjangkit lumpy skin disease (LSD) atau penyakit kulit berbenjol terus bertambah menyusul penularannya yang makin masif. Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan Kabupaten Sragen Toto Sukarno di Sragen, Selasa (17/1/2023), mengatakan, hingga saat ini jumlah sapi yang terjangkit LSD sebanyak 350 ekor. Untuk penularannya terjadi di hampir seluruh kecamatan.
"Perhari makin lama makin banyak. Penularannya dari gigitan serangga, nyamuk, lalat yang gede, dan caplak. Kalau menggigit sapi yang sakit terus menggigit sapi ke kandang lain, penularan terjadi. Kulitnya jadi mrenthul-mrenthul (berbenjol)," katanya.
Ia mengatakan, saat ini belum ada laporan resmi terkait sapi yang mati akibat terjangkit virus tersebut. Meski demikian, ia memperoleh informasi di Kecamatan Sumberlawang ada sapi yang mati dengan kondisi terjangkit LSD.
"Infonya kemarin ada yang mati, tapi nggak tahu penyebabnya karena apa, katanya PMK gelombang dua. Kami belum ada kajian ke sana," katanya.
Mengenai pengobatan yang dilakukan, menurut dia, sapi-sapi ini diberi obat antibiotik, antiparasit, dan antihistamin. Untuk sembuh perlu waktu sekitar dua minggu hingga satu bulan.
"Virus itu obatnya adalah tingkatkan kesehatan sapi, kalau antisipasi virus kan pakai vaksin," katanya.
"Ada yang sebulan, kulitnya sudah halus lagi, tidak ada benjolan," tambahnya.
Selanjutnya, mengenai penanganan sapi yang terkena LSD sama dengan sapi yang kena penyakit mulut dan kuku (PMK), yakni dipisahkan dari sapi yang sehat. Selain itu, para petugas di lapangan juga sudah dibekali vaksin PMK maupun LSD.
"Kalau ada kasus di satu desa, maka desa lain harus divaksin. Akhir Desember lalu saya ambil 4.000 dosis, sebagian sudah disuntikanke sapi, sebagian belum," katanya.
Meski demikian, angka tersebut belum mencukupi kebutuhan yang ada di Kabupaten Sragen dengan populasi mencapai 90.000 ekor sapi.