REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran mengabadikan nama Haman hingga enam kali. Kisah mengenai Haman ini terkait erat dengan kisah Firaun era Nabi Musa AS. Siapa sebenarnya Haman dan mengapa namanya disebut di dalam Alquran?
Pakar Ilmu Alquran, KH Ahsin Sakho, menjelaskan Haman merupakan wazir (seorang menteri) di era kerajaan Firaun yang hidup pada masa Nabi Musa AS.
Kedekatan Haman dengan Firaun sangatlah erat, dan keduanya merupakan orang yang sama-sama tidak baik alias contoh yang buruk. Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Qashash penggalan ayat 8:
إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ
“Inna Firauna wa Hamana wa junudahuma kaanuu khaathi'in.” Yang artinya, “Sesungguhnya Firaun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.”
“Haman ini adalah wazir bidang pembangunan sarana dan prasarana. Dia orang dekatnya Firaun dan merupakan contoh orang yang tidak baik,” kata Kiai Ahsin saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (18/01/2023).
Dalam pengkajian Alquran, diidentifikasikan bahwa Haman muncul setelah kembalinya Musa dari Madyan. Haman jugalah yang menasihati Firaun untuk menolak misi keagamaan Musa. Pada peristiwa pelarian Bani Israel dari Mesir, Haman tenggelam bersama Firaun dan tentaranya di Laut Merah.
Di kerajaan Firaun, Haman menempati beberapa posisi penting kerajaan sebagai menteri, penasihat raja (terutama bidang keagamaan), dan sebagai pelaksana proyek pembangunan menara.
Haman diperintah oleh Firaun untuk membuat menara yang akan digunakan Firaun untuk melihat "Tuhan Musa". Pembuatan menara itu membutuhkan 50 ribu pekerja dan belum termasuk tukang untuk membuat kuil-kuil.
Dua orang itu dinilai betul-betul kafir dan mendustakan Nabi Musa AS. Apalagi, kata Kiai Ahsin, Firaun yang menganggap dirinya itu tinggi dan bahkan saking berkuasanya Firaun itu menganggap dirinya sebagai Tuhan dengan mengatakan, ‘Tiada Tuhan selain aku'.
Firaun mempunyai wazir yang menjadi tumpuannya. Keduanya sama-sama mendustakan risalahnya Nabi Musa. Lantas apa alasan penyebutan nama Haman di dalam Alquran?
Padahal tidak semua orang besar dalam Islam itu namanya disebutkan dalam Alquran. Contohnya adalah Khulafaurrasyidin yang nama mereka tidak disebutkan dalam Alquran.
Baca juga: Kisah Pembantaian Brutal 20 Ribu Muslim Era Ottoman Oleh Pemberontak Yunani
“Penyebutan nama Haman di Alquran agar orang dapat melihat bagaimana jejak kehidupan yang Haman jalani untuk tidak patut untuk ditiru. Bisa dijadikan pelajaran bagi kita semua,” kata Kiai Ahsin sembari mengutip Surat Al-Qashash ayat 38, Allah berfirman:
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَاممَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
“Dan berkata Firaun, ‘Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku bisa naik dan melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta,”.
Sehingga menurut Kiai Ahsin, dalam setiap kurun ada saja penguasa yang dikelilingi menteri-menterinya yang zalim.
Dalam periode Nabi Musa, terdapat Qarun yang merupakan orang kaya yang menjadi simbol oligarki, Haman seorang menteri yang setia pada keburukan, dan Firaun merupakan raja yang zhalim dan sombong.
“Mereka itu orang-orang yang salah, mengikuti penguasa yang salah dan zhalim. Yang penting dapat proyek, dapat cuan, ini salah. Pada akhirnya Haman dan Firaun juga ikut tenggelam di laut merah saat mengejar Nabi Musa,” ujarnya.
Hasil akhir dari kehidupan Haman begitu tragis. Penyebabnya karena mereka sombong seperti Firaun yang membunuh bayi-bayi laki-laki dari Bani Israil karena takut kekuasaannya direnggut, atau serakah.
“Dikhawatirkan singgasananya akan runtuh. Lihat bagaimana manusia kalau sudah menggenggam jabatan, dia tidak ingin jabatannya lepas. Maka dengan cara apapun dilakukan. Naudzubillah,” ujarnya.