Rabu 18 Jan 2023 17:27 WIB

Penduduk China Mulai Mudik Tahun Baru Imlek Usai Pencabutan Aturan

Pemerintah China memperkirakan lebih dari 2,1 miliar perjalanan Imlek.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nidia Zuraya
 Para pelancong yang memakai masker dengan barang bawaan mereka bersiap untuk mengejar kereta mereka di Stasiun Kereta Api Barat di Beijing, Jumat (6/1/2023).
Foto: AP/Wayne Zhang
Para pelancong yang memakai masker dengan barang bawaan mereka bersiap untuk mengejar kereta mereka di Stasiun Kereta Api Barat di Beijing, Jumat (6/1/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Tiga tahun usai tersandera kebijakan nol-Covid, penduduk China kini berbondong melakukan ritual mudik libur Tahun Baru Imlek. Pemerintah Presiden Xi Jinping mencabut kebijakan ketatnya untuk pemulihan, meski masih ada kekhawatiran risiko Covid-19 kembali mewabah.

Pelonggaran pembatasan memicu gelombang semangat bepergian yang terpendam lama, terutama di waktu paling penting China untuk pertemuan keluarga. Disebut sebagai Festival Musim Semi di China, liburan ini mungkin satu-satunya waktu dalam setahun ketika pekerja perkotaan kembali ke kampung halaman mereka.

Baca Juga

Pemerintah China memperkirakan lebih dari 2,1 miliar perjalanan dilakukan selama periode 40 hari hingga Hari Tahun Baru yang jatuh pada Ahad mendatang. "Pembatasan dicabut, yang membuat saya santai. Jadi saya pikir sudah waktunya pulang," kata seorang warga China Wang Lidan, sebelum menuju ke Stasiun Kereta Beijing untuk perjalanan ke provinsi Heilongjiang.

Pada Desember, Pemerintah China mendadak mencabut syarat wajib tes Covid-19 maupun screnning yang hampir dilakukan setiap hari. Bulan ini, sebagian besar pembatasan yang tersisa pun dicabut, termasuk permintaan agar pelancong dari luar negeri harus menjalani karantina yang lama dan mahal.

Banyak pemerintah daerah juga memberlakukan karantina mereka sendiri pada pelancong dari luar daerah, dan itulah yang menurut Wang telah menghalangi dia meninggalkan Beijing. "Jika ada wabah di Beijing, saya harus dikarantina di kampung halaman saya. Dan ketika saya kembali ke Beijing, saya akan dikarantina lagi,” katanya.

Penduduk lain, Hu Jinyuan dari provinsi timur Shandon berhasil pulang ke rumah setiap tahun meskipun menghadapi kerepotan. Dia berencana untuk melanjutkan pengujian Covid-19 reguler dan langkah-langkah keamanan lainnya karena infeksi melonjak dan pasien membanjiri rumah sakit setelah pencabutan pembatasan.

“Saya melakukan tes asam nukleat sesekali. Ketika saya tiba di kampung halaman saya, saya pasti akan melakukan tes sebagai cara perlindungan diri. Kalau tidak, saya tidak akan tahu apakah saya terinfeksi. Jika saya terinfeksi, saya hanya akan mengisolasi diri di rumah,” kata Hu.

Seorang warga di Beijing, Wang Jingli mengatakan dia memutuskan untuk bekerja selama liburan karena perusahaannya akan melipatgandakan upah lemburnya. Dengan dibatalkannya pembatasan Covid-19, anak dan istrinya akan mengunjunginya di Beijing dari kampung halaman mereka di provinsi Henan.

"Dengan dibukanya kembali, semua orang sangat senang dengan Festival Musim Semi karena kita bisa berkumpul kembali dengan keluarga kita. Tetapi karena pekerjaan saya, saya akan menghabiskan Festival Musim Semi saya di sini di Beijing," katanya.

Sementara Tahun Baru Imlek juga menjadi waktu yang populer untuk bepergian ke luar negeri, maskapai penerbangan masih secara bertahap memulai kembali penerbangan internasionalnya. Departemen pemerintah baru saja mulai mengeluarkan atau memperbarui dokumen perjalanan.

Banyak negara telah memberlakukan persyaratan pengujian pada pelancong dari China. Hal ini dilakukan karena kekhawatiran tetap ada tentang penyebaran virus di China sejak langkah-langkah penahanan dicabut.

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement