REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyampaikan, pemerintah akan mewaspadai risiko penurunan permintaan ekspor dari negara mitra utama dagang yakni Amerika Serikat, China, Uni Eropa, dan Jepang seiring menurunnya indeks PMI manufaktur berbagai negara tersebut. Di sisi lain, pemerintah secara paralel juga terus mengembangkan ekspor ke negara lain seperti India dan negara-negara ASEAN.
Febrio menyampaikan, kinerja ekspor Indonesia pada Desember 2022 tercatat sebesar 23,83 miliar dolar AS atau tumbuh sebesar 6,58 persen year on year (yoy) dan 26,07 persen year to date (ytd). Hanya saja, secara bulanan, ekspor Desember 2022 menurun tipis sebesar 1,1 persen month to month (mtm) bila dibandingkan November yang tercatat sebesar 24,09 miliar dolar AS.
“Angka ekspor mencatatkan sedikit penurunan jika dibandingkan bulan lalu seiring penurunan PMI Manufaktur beberapa negara mitra dagang utama yang terus terkontraksi. Namun secara year on year ekspor masih tumbuh positif didukung ekspor komoditas unggulan seperti bahan bakar mineral, produk sawit, serta besi dan baja,” ujar Febrio dalam keterangan resmi, Rabu (18/1/2023).
Febrio juga menyampaikan, ekspor nonmigas pada Desember 2022 mencapai 22,35 miliar dolar AS, naik 4,99 persen yoy atau turun 2,73 persen mtm. Penurunan terbesar ekspor nonmigas pada Desember 2022 terjadi pada komoditas bahan bakar mineral sebesar 483,1 juta dolar AS atau 9,44 persen, sedangkan peningkatan terbesar ekspor nonmigas terjadi pada nikel dan produk olahannya sebesar 220 juta dolar AS atau 41,50 persen.
Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari sampai Desember 2022 mencapai 291,98 miliar dolar AS atau naik 26,07 persen dibanding periode sama pada 2021. Sementara, ekspor nonmigas mencapai 275,96 miliar dolar AS atau naik 25,80 persen.
Berdasarkan sektor, pada periode Januari hingga Desember 2022, ekspor hasil tambang dan lainnya mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 71,22 persen. Diikuti kenaikan ekspor nonmigas hasil industri pengolahan 16,45 persen dan ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan 10,52 persen.
Di sisi lain, impor Desember 2022 tercatat sebesar 19,94 miliar dolar AS atau naik 5,16 persen dibandingkan periode November 2022 yang tercatat sebesar 18,96 miliar dolar AS. Kenaikan ini seiring peningkatan PMI manufaktur Indonesia yang masih ekspansif yakni 50,9 pada Desember 2022.
Komoditas utama impor Indonesia selama 2022 masih didominasi oleh impor bahan baku atau penolong dan barang modal seperti mesin dan peralatan mekanis, mesin dan peralatan elektrik, kendaraan dan bagiannya. Hal ini menunjukkan ekonomi domestik masih dalam tren pemulihan.
Dengan perkembangan ekspor-impor tersebut, neraca perdagangan bulan Desember 2022 mencatatkan surplus sebesar 3,89 miliar dolar AS dan melanjutkan tren surplus selama 32 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Secara kumulatif, total surplus periode Januari hingga Desember 2022 mencapai 54,46 miliar dolar AS, naik cukup tinggi jika dibandingkan periode Januari sampai Desember 2021 yakni 35,42 miliar dolar AS.
“Neraca perdagangan Indonesia pada 2022 mencatatkan surplus tertinggi dalam sejarah yakni sebesar 54,46 miliar dolar AS. Secara keseluruhan, kinerja ekspor tumbuh cukup baik sehingga mendukung target pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022,” tutur Febrio.