REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inpex selaku operator utama Lapangan Abadi, Blok Masela belum kunjung mendapatkan mitra setelah ditinggalkan oleh mitra bisnis sebelumnya, Shell. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan, sampai saat ini PT Pertamina (Persero) masih berdiskusi dengan Shell mengenai akuisisi participating interest Blok Masela. "Mereka masih diskusi namun ada kabar saat ini semakin dekat," ujar Dwi di Kantor SKK Migas, Rabu (18/1/2023).
Dwi menjelaskan, apabila Pertamina sudah sepakat terkait besaran investasi yang harus dikeluarkan untuk mencaplok kepemilikan saham Shell di Blok Masela, maka Inpex baru bisa bergerak menjalankan proyek lapangan gas terbesar di Indonesia tersebut.
Dwi juga mengatakan, ada beberapa pihak yang sebenarnya ingin bergabung di Blok Masela. Hanya saja, masih menunggu kepastian dari Pertamina berdiskusi dengan Shell.
"Memang ada ada pihak-pihak lain juga yang berminat," ujarnya.
Blok Masela merupakan lapangan minyak dan gas terbesar di Indonesia. Lokasinya berada di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Secara geografis, lokasi Blok Masela berbatasan dengan Timor Leste dan Australia.
Cadangan Blok Masela pertama kali baru diketahui pada 2000. Ketika itu sumur eksplorasi pertama yang dibor adalah sumur Abadi-1 yang terletak di tengah-tengah struktur Abadi dengan kedalaman laut 457 meter dan total kedalaman 4.230 meter.
Blok Masela memiliki potensi cadangan gas yang sangat besar, mencapai 10,73 triliun kaki kubik (Tcf). Karena itu, Blok Masela sering disebut sebagai lapangan gas abadi. Pemerintah mengeklaim cadangan gas di Blok Masela tidak akan habis sampai 70 tahun ke depan.