Rabu 18 Jan 2023 21:01 WIB

Keluarga Wanita Emas Minta Maaf ke Ketua KPU Soal Tuduhan Pelecehan

Alice meyakini ibunya sudah dimanipulasi Sekjen Partai Republik Satu Ihsan Prima.

Rep: Febryan A/ Red: Agus raharjo
Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Hasnaeni Moein. (Republika/Rakhmawaty La
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Bakal calon Gubernur DKI Jakarta Hasnaeni Moein. (Republika/Rakhmawaty La

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluarga dari Ketua Umum Partai Republik Satu Hasnaeni alias Wanita Emas menemui Ketua KPU Hasyim Asy'ari di Kantor KPU RI, Jakarta, Rabu (18/1/2023). Pihak keluarga menyampaikan permohonan atas tindakan Hasnaeni yang menuding Hasyim telah melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya dan melakukan intimidasi.

"Saya ke sini sebenarnya cuma mau mewakili keluarga, mau silaturahim untuk minta maaf ke Pak Hasyim dan KPU dan keluarganya atas perilaku ibu saya. Dan mewakili ibu juga, (ibu) sempat ngomong juga untuk minta maaf," kata anak perempuan Hasnaeni, Alice Maryam Mahmud (17 tahun), kepada wartawan usai bertemu Hasyim, Rabu (18/1/2023).

Baca Juga

Alice harus mewakili ibunya karena Hasnaeni kini sedang ditahan sebagai tersangka penyelewengan dana PT Waskita Beton Precast. Selain meminta maaf, Alice juga menyampaikan bahwa kondisi kejiwaan ibunya sedang tidak stabil dan rutin minum obat.

Lantaran kejiwaannya tidak stabil, lanjut Alice, sang ibu menjadi mudah dipengaruhi orang lain. Karena itu, Alice meyakini ibunya sudah dimanipulasi oleh Sekretaris Jenderal Partai Republik Satu Ihsan Prima Negara.

"Saya merasa Ihsan memanfaatkan ibu saya dan memanipulasinya untuk mengatakan semua hal yang dia sendiri tidak maksudkan," kata Alice.

Alice menuding Ihsan membuat laporan kepolisian usai memanipulasi Hasnaeni, atau tanpa sepengetahuan Hasnaeni sama sekali. Untuk diketahui, Ihsan bertindak sebagai kuasa hukum Hasnaeni melaporkan Hasyim ke Polda Metro Jaya atas dugaan pelecehan seksual.

Sementara itu, adik kandung Hasnaeni, Erawati (34 tahun), menyampaikan ihwal video klarifikasi Hasnaeni yang isinya membantah Hasyim telah melakukan pelecehan seksual. Erawati menyebut video itu dibuat tanpa ada paksaan dari Hasyim.

"Untuk video klarifikasi yang beredar itu, memang tidak ada tindak intimidasi. Saya ada di lokasi ketika video itu dibuat," kata Erawati.

Kasus dugaan pelecehan seksual Hasyim terhadap Hasnaeni ini memang penuh intrik. Semua ini bermula ketika sebuah video testimoni Hasnaeni beredar pada akhir 2022 lalu. Dalam video itu tampak sejumlah petinggi partai, yang sudah dinyatakan tidak lolos sebagai peserta Pemilu 2024, sedang menemui Hasnaeni di penjara.

Dalam video itu, Hasnaeni menyebut Hasyim telah melakukan pelecehan seksual terhadap dirinya dengan iming-iming bakal meloloskan partainya sebagai peserta Pemilu 2024. Belakangan diketahui bahwa partainya Hasnaeni tidak lolos.

Pada 22 Desember 2022, Hasnaeni lewat kuasa hukumnya Farhat Abbas mengadukan Hasyim ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Empat hari berselang, beredar lagi sebuah video yang isinya Hasnaeni mengklarifikasi tuduhannya terhadap Hasyim dan menyampaikannya permohonan maaf.

Pada 6 Januari 2023, Farhat Abbas mencabut pengaduan Hasnaeni terhadap Hasyim di DKPP. Alasannya karena Hasnaeni sudah minta maaf. Farhat juga mengundurkan diri sebagai kuasa hukum Hasnaeni.

Kasus ini kembali bergulir ketika Ihsan melaporkan Hasyim ke Polda Metro Jaya pada Senin (16/1/2023). Farhat yang semula membela Hasnaeni, lantas berbalik arah dengan menuding Ihsan dan Hasnaeni membuat laporan kepolisian itu hanya untuk memeras dan mempermalukan Hasyim. Farhat diketahui kini sedang mendaftar sebagai calon anggota DPD RI.

Sepanjang kasus ini bergulir, Hasyim enggan menanggapi secara gamblang soal tudingan dugaan pelecehan seksual ini. Hasyim baru mau buka suara saat menghadiri rapat kerja Komisi II DPR RI, pekan lalu. "Posisi saya tidak melakukan sebagaimana yang dituduhkan itu," kata Hasyim membantah tuduhan melecehkan Hasnaeni.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement