Kamis 19 Jan 2023 00:09 WIB

Perusahaan Tanda Tangan Digital Indonesia Ekspansi ke Australia

Perusahaan tanda tangan digital, Privy ekspansi ke Australia dengan didukung Katalis.

Rep: Fitriyanto/ Red: Bilal Ramadhan
(dari kiri) Co-Founder & CTO Privy, Guritno Adi Saputra, Founder & CEO Privy, Marshall Pribadi dan CIO & CFO Privy, Krishna Chandra. Perusahaan tanda tangan digital, Privy ekspansi ke Australia dengan didukung Katalis.
Foto: Istimewa
(dari kiri) Co-Founder & CTO Privy, Guritno Adi Saputra, Founder & CEO Privy, Marshall Pribadi dan CIO & CFO Privy, Krishna Chandra. Perusahaan tanda tangan digital, Privy ekspansi ke Australia dengan didukung Katalis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mengawali tahun 2023, pemimpin pasar Digital Trust di Indonesia Privy memantapkan langkah ekspansi bisnis ke Australia. Sebagai pasar penting dalam strategi global perusahaan, Australia merupakan tempat pengujian bagi Privy untuk menggali penerapan solusi identitas digital dan tanda tangan digitalnya dalam konteks negara maju.

Rencana ekspansi Privy ke Australia mendapat dorongan signifikan melalui kemitraannya dengan Katalis, sebuah program pengembangan bisnis yang didukung pemerintah Indonesia-Australia, dalam bentuk strategi memasuki pasar. Privy mengalokasikan AUD 5 juta dolar untuk mendirikan kantor dan memulai operasi di Australia.

CEO Privy, Marshall Pribadi mengatakan, pihaknya senang dan menyambut baik dukungan Katalis, yang akan memberikan wawasan dan jaringan yang sangat berharga terkait pasar Australia.

"Kami tentunya optimis bahwa teknologi Privy cocok untuk bisnis Australia yang ingin mengurangi waktu dan biaya transaksi secara signifikan dan pada saat yang sama meningkatkan privasi dan keamanan bagi konsumen," kata Marshall dalam rilisnya, Rabu (18/1/2023).

Melalui dukungan kepada perusahaan teknologi Indonesia untuk berinvestasi di Australia, Katalis mewujudkan integrasi pasar yang lebih baik antara kedua negara demi kemitraan ekonomi baru yang inklusif, sebagaimana diamanatkan oleh Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia.

Direktur Katalis Paul Bartlett, mengatakan, ekspansi Privy ke pasar Australia membawa keuntungan bersama bagi Australia dan Indonesia. Di pihak Australia, pengenalan layanan identitas dan tanda tangan digital akan meningkatkan efisiensi dan keamanan transaksi online dan sistem manajemen dokumen.

"Ekspansi Privy juga pertanda baik tidak hanya bagi perkembangan perusahaan, tetapi juga untuk meningkatkan kepercayaan tentang adanya peluang kemitraan, perlindungan, dan akses pasar sebagaimana diatur dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia," kata Paul.

Berbasis di Jakarta dan didukung oleh Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia, Katalis, juga dikenal sebagai Program Kerjasama Ekonomi Indonesia-Australia CEPA, dimandatkan untuk membuka potensi besar kemitraan ekonomi antara kedua negara.

Berdiri sejak tahun 2016, Privy menawarkan berbagai macam produk yang memungkinkan solusi end-to-end perusahaan yang telah terbukti mengubah dan merevolusi bisnis di Indonesia.

Perusahaan yang berbasis di Jakarta ini merupakan institusi non-pemerintah pertama yang mendapat izin sebagai PSrE (Certificate Authority (CA)) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia dan telah tercatat di Otoritas Jasa Keuangan. Privy melayani lebih dari 30 juta pengguna terverifikasi dan 2.800 konsumen perusahaan, serta setiap tahunnya memproses lebih dari 40 juta tanda tangan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement