REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi optimistis bahwa 2023 menjadi tahun kemajuan dalam menyelesaikan isu Palestina. Ia mengajak dunia untuk mencari solusi damai bagi rakyat Palestina.
"Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk mengakhiri okupasi Israel selamanya," ujar Retno pada Pertemuan Open Debate Dewan Keamanan (DK PBB), di New York, Rabu (18/01/2023) waktu setempat.
Retno menekankan tiga hal terkait isu Palestina. Pertama, Indonesia menyambut disahkannya Resolusi Majelis Umum PBB yang meminta pendapat hukum Mahkamah Internasional (International Court of Justice) terkait dampak legal pendudukan Israel di Palestina.
"Berbagai laporan, mekanisme, dan resolusi PBB telah dikeluarkan dan dunia tidak bisa bersikap business as usual. Harus dipastikan adanya tindak lanjut nyata atas hal ini," ucap Retno dalam keterangan resminya, Kamis (19/1/2023) dini hari.
Kedua, lanjut dia, pentingnya menyusun langkah konkrit untuk mencapai solusi damai. Dalam kerangka ini, Retno meminta Israel menghentikan provokasi, menghormati hukum internasional, dan melanjutkan proses damai untuk capai solusi dua negara, sesuai ketentuan internasional.
Ketiga, masyarakat internasional diajak memberikan bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina utamanya mengungat prediksi resesi dunia sepanjang tahun ini. Sementara lebih dari dua juta rakyat Palestina memerlukan bantuan kemanusiaan.
"Demi kemanusiaan kita tidak boleh membiarkan rakyat Palestina menderita dalam diam khususnya di tengah situasi sulit saat ini,” ujar Retno.
Pertemuan DK PBB dipimpin Jepang selaku Presiden DK PBB Januari 2023. Selain 15 anggota DK PBB, 29 negara juga hadir dan turut memaparkan pernyataan, termasuk Palestina dan Israel.
Negara-negara kebanyakan juga menyoroti situasi di Palestina yang tidak kunjung membaik. Mereka juga mendorong dimulainya kembali proses damai guna mencapai solusi jangka panjang isu Palestina.
Dalam pertemuan, Sekjen PBB yang diwakili Special Coordinator untuk Palestina, Tor Wennesland, menyampaikan situasi di Palestina masih jauh dari kondusif. Kekerasan, perusakan properti, dan pengusiran warga Palestina terus terjadi. Bahkan data 2022 menjadi tahun yang paling mematikan dan memakan banyak korban rakyat Palestina sejak 2005.