REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Microsoft memangkas 10.000 karyawan, atau hampir 5 persen dari total tenaga kerjanya. Microsoft pada Rabu (18/1/2023) mengatakan, pemutusan hubungan kerja (PHK) ini diambil karena kondisi ekonomi makro dan perubahan prioritas pelanggan.
Perusahaan mengatakan, mereka akan membuat perubahan pada portofolio perangkat kerasnya dan mengkonsolidasikan lokasi kantor sewaannya. Tenaga kerja Microsoft bertambah sekitar 36 persen dalam dua tahun fiskal setelah munculnya pandemi Covid-19, atau tumbuh dari 163.000 pekerja pada akhir Juni 2020, menjadi 221.000 pada Juni 2022.
"PHK mewakili kurang dari 5 persen dari total basis karyawan kami. Sementara kami menghilangkan peran di beberapa area, dan kami akan terus merekrut di area strategis utama,” kata CEO Microsoft Satya Nadella dalam email kepada karyawan.
Nadella menekankan pentingnya membangun "platform komputer baru" menggunakan kemajuan kecerdasan buatan. “Kami juga melihat organisasi di setiap industri dan geografi berhati-hati karena beberapa bagian dunia berada dalam resesi dan bagian lain sedang mengantisipasinya,” ujar Nadella.
Nadella tidak menyebutkan secara langsung tentang PHK ketika dia tampil di pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Ketika ditanya oleh pendiri forum Klaus Schwab tentang apa arti PHK untuk model bisnis industri teknologi, Nadella mengatakan perusahaan yang berkembang pesat selama pandemi Covid-19 sekarang melihat ada kebutuhan untuk PHK.
“Terus terang, kita di industri teknologi juga harus menjadi efisien, bukan? Ini bukan tentang orang lain melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit. Kita harus melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit. Jadi kami harus menunjukkan peningkatan produktivitas kami sendiri dengan jenis teknologi kami sendiri," ujar Nadella.
Microsoft tidak segera menjawab pertanyaan tentang di mana PHK dan penutupan kantor akan terkonsentrasi. Pada Juni, perusahaan memiliki 122.000 pekerja di AS dan 99.000 pekerja di negara lainnya.
Perusahaan teknologi lain juga telah memangkas pekerjaan di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi. Awal bulan ini, Amazon dan pembuat perangkat lunak Salesforce mengumumkan PHK besar-besaran.
Amazon akan memangkas sekitar 18.000 posisi pekerjaan. Ini adalah rangkaian PHK terbesar dalam sejarah perusahaan. Sementara induk perusahaan Facebook, Meta memberhentikan 11.000 orang, atau sekitar 13 persen dari total tenaga kerjanya.