Respons Rektor UNY Soal Banyaknya Mahasiswa yang Kesulitan Bayar UKT
Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Fernan Rahadi
Kampus Universitas Negeri Yogyakarta | Foto:
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Sumaryanto, buka suara soal cerita sejumlah mahasiswa UNY yang mengeluhkan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) lantaran tidak sesuai dengan kesanggupan membayar mereka. Sumaryanto menyebut UNY berkomitmen membantu mahasiswa yang kesulitan membayar UKT.
"Intinya UNY berkomitmen untuk membantu/melayani mahasiswa," kata Sumaryanto singkat kepada Republika, Rabu (18/1/2023) malam.
Komitmen serupa sebelumnya juga disampaikan Staf Ahli Bidang Hukum Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Anang Priyanto. Anang memastikan, UNY berkomitmen untuk membantu mahasiswa yang memiliki kendala secara ekonomi dalam penyelesaian studi, sesuai prosedur dan data-data yang valid atau terverikasi.
Ia menegaskan UNY bersifat terbuka atas masukan, saran, dan kritik serta berkomitmen melakukan peningkatan layanan dan tata kelola dengan mengutamakan transparansi dan akuntabilitas.
"UNY menyediakan sarana atau media untuk penyampaian data atau informasi berkaitan dengan layanan, termasuk tentang UKT dan jika dipandang sangat perlu bisa langsung disampaikan kepada rektor," ucapnya.
Sebelumnya sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mengaku korban ketidaksesuaian kesanggupan membayar UKT memberi kesaksian dalam diskusi bertema 'Ada Apa dengan UNY?' yang digelar secara daring Senin (16/1) malam. Dalam kesaksiannya beberapa mahasiswa mengaku ada yang sampai menjual sapi, berutang di bank, menjual motor, hingga tak meneruskan kuliah.
Mahasiswa yang menulis utas tentang kisah Nur Riska, mahasiswi yang memperjuangkan penurunan UKT hingga akhir hayatnya, Ganta Semendawai, mengungkapkan bahwa ada banyak mahasiswa UNY yang kesulitan membayar UKT. Dari angket yang disebar UNY Bergerak, Ganta menyebut ada 97 persen dari seribuan mahasiswa yang mengisi angket yang mengaku tak bisa membayar UKT.
"Dari UNY bergerak ada seribuan mahasiswa yang mengajukan laporan yang mengatakan bahwa 97 persen dari orang yang mengisi angket yang disebarkan UNY Bergerak, 97 persennya menyatakan bahwa UKT yang mereka terima tidak sesuai dengan kemampuan bayar mereka, artinya ada 97 persen diantara seribuan mahasiswa yang bahkan itu baru cuma angket itu, yang kita gak tau nasibnya yang lain," kata Ganta belum lama ini.