Kamis 19 Jan 2023 10:02 WIB

Tunjukkan Lukisan Nabi Muhammad, Universitas Hamline Berhentikan Seorang Profesor

Erika Lopez Prater menunjukkan lukisan abad ke-14 yang menggambarkan Nabi Muhammad

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Universitas Hamline. Pada Januari 2023 kampus ini dihebohkan dengan adanya kegiatan islamfobia berupa dosen yang menunjukkan lukisan Nabi Muhammad SAW.
Foto: Youtube
Universitas Hamline. Pada Januari 2023 kampus ini dihebohkan dengan adanya kegiatan islamfobia berupa dosen yang menunjukkan lukisan Nabi Muhammad SAW.

REPUBLIKA.CO.ID, ST PAUL -- Universitas Hamline di Kota St Paul, Minnesota, AS memilih tidak memperpanjang kontrak Ajun Profesor Erika Lopez Prater setelah seorang mahasiswa keberatan karena dia menunjukkan lukisan abad ke-14 yang menggambarkan Nabi Muhammad dalam pelajaran seni Islam. Mata kuliah seni Islam ini merupakan bagian dari Kursus seni global Lopez Prater.

Bagi umat Islam, penggambaran visual Nabi Muhammad dilarang keras dan dipandang sebagai pelanggaran agama.  Lopez Prater mengajaukan gugatan terhadap Universitas Hamline pada Selasa (17/1/2023) terkait pemecatannya. Pengacara Lopez Prater mengatakan, kliennya telah memberikan peringatan sebelum menunjukkan lukisan tersebut. Profesor itu juga telah menuliskannya dalam silabus dan mempersilahkan mahasiswa yang tidak nyaman dengan penggambaran tersebut untuk keluar ruangan.

Gugatan itu menuduh universitas menjadikan Lopez Prater diskriminasi agama dan pencemaran nama baik. Langkah universitas juga dapat merusak reputasi profesional dan pribadinya.

"Di antara hal-hal lain, Hamline, melalui administrasinya, menyebut tindakan Dr Lopez Prater sebagai 'Islamofobia yang tidak dapat disangkal'. Komentar seperti ini, yang sekarang telah diterbitkan dalam berita di seluruh dunia akan mengikuti Dr Lopez Prater sepanjang kariernya, sehingga berpotensi mengakibatkan ketidakmampuannya untuk mendapatkan posisi tetap di lembaga pendidikan tinggi mana pun," ujar pernyataan pengacara Lopez Prater, dilaporkan Aljazirah, Rabu (18/1/2023).

Insiden tersebut memicu perdebatan tentang keseimbangan antara pertimbangan beragama dan kebebasan akademik.Menurut New York Times, wakil presiden Universitas Hamline untuk keunggulan inklusif mengatakan kepada staf dalam email yang dikirim pada bulan November bahwa tindakan di kelas itu “tidak dapat disangkal, tidak sopan, dan Islamofobia”.

Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (17/1/2023) Presiden Universitas Hamline, Fayneese Miller dan Ketua Dewan Pengawas, Ellen Watters mengambil pendekatan yang lebih hati-hati. Mereka mengatakan komunikasi, artikel, dan opini baru-baru ini telah mengarahkan universiras untuk melakukan peninjauan.

"Seperti semua organisasi, terkadang kami salah langkah. Untuk kepentingan mendengar dan mendukung siswa Muslim kami, bahasa yang digunakan tidak mencerminkan sentimen kami terhadap kebebasan akademik.  Berdasarkan semua yang telah kami pelajari, kami memutuskan bahwa penggunaan istilah 'Islamophobia' oleh kami adalah sebuah langkah yang salah," ujar pernyataan universitas.

Universitas tidak secara langsung menanggapi gugatan tersebut. Tetapi universitas berencana menggelar dua diskusi publik dalam beberapa bulan mendatang. Satu diskusi tentang kebebasan akademik dan perawatan siswa. Sementara diskusi lainnya tentang kebebasan akademik dan agama.

Markas besar Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) nasional juga telah mempertimbangkan masalah ini. Mereka menarik perbedaan antara menampilkan penggambaran Nabi Muhammad untuk tujuan akademis, dengan menunjukkan gambar Nabi Muhammad dalam konteks untuk kebencian.

"Berdasarkan apa yang kami ketahui sampai saat ini, kami tidak melihat bukti bahwa mantan Ajun Profesor Universitas Hamline Erika Lopez Prater bertindak dengan niat Islamofobia atau terlibat dalam perilaku yang memenuhi definisi kami tentang Islamofobia," kata pernyataan CAIR.

CAIR menambahkan, pernyataan itu satu-satunya posisi resmi CAIR secara nasional.  Setiap pernyataan sebelumnya yang kontradiktif tidak mewakili pernyataan CAIR.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement