REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Surat kabar New York Times melaporkan Amerika Serikat (AS) mengirimkan amunisi yang disimpan di Israel ke Ukraina untuk digunakan dalam perang menghadapi Rusia. Harian itu mengatakan keputusan tersebut diambil tahun lalu ketika Israel masih dikuasai politisi moderat.
Pada Kamis (19/1/2023) pejabat pemerintah Israel mengkonfirmasi laporan tersebut, dengan mengatakan mantan perdana menteri Yair Lapid menyetujui pengiriman tersebut meski AS tidak membutuhkan persetujuan resmi dari Israel.
Israel memang mengecam serangan Rusia ke Ukraina tapi tidak banyak mengirimkan bantuan. Tel Aviv tidak mengirimkan senjata dan hanya mengirimkan bantuan kemanusiaan dan alat perlindungan diri yang terbatas.
Israel mempertahankan saluran koordinasi dengan Rusia yang dibangun tahun 2015 sebagai alat untuk serangan militer ke target-target Iran di Suriah. Moskow mengerahkan banyak pasukan di Suriah. Israel juga memperhatikan kesejahteraan orang Yahudi di Rusia.
Pejabat Israel tidak tahu apakah terdapat senjata AS lainnya di Israel yang dikirim selama pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang berkuasa sejak 29 Desember. Di masa jabatan sebelumnya ia memiliki hubungan baik dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Kedutaan Besar AS di Israel belum memberikan komentar tentang laporan New York Times. Duta Besar Ukraina untuk Israel Yevgen Korniychuk mengatakan ia "tidak tahu" apakah laporan itu benar. Kedutaan Besar Rusia menolak memberikan komentar.
Lapid yang menjabat pada bulan Juli lalu vokal mendukung Ukraina. Namun sumber yang mengetahui keputusan Lapid mengecilkan kemungkinan itu mempengaruhi keputusan pengiriman senjata AS.
"Saya yakin dan saya berharap setiap perdana menteri Israel menyetujuinya," kata sumber tersebut.
Selama puluhan tahun Pentagon menyimpan amunusi di Israel untuk persediaan cadangan di masa perang atau untuk dikirim ke sekutu AS lainnya. New York Times melaporkan 300 ribu peluru artileri kaliber 155 milimeter AS dikirim dari Israel ke Ukraina.
"(Meski pasokan itu dibawah kendali Israel) Amerika tidak membutuhkan izin kami untuk memindahkannya, ini properti Amerika Serikat," kata mantan direktur jenderal Kementerian Pertahanan dan jenderal Angkatan Udara Israel, David Ivry.