Kamis 19 Jan 2023 13:07 WIB

Bappebti Ungkap Masalah Indonesia Belum Bisa Punya Bursa Komoditi Sawit

Selama ini Indonesia masih mengikuti harga acuan sawit dari bursa Malaysia.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Kementerian Perdagangan melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menargetkan pendirian bursa komoditi khusus sawit di tahun ini.
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Kementerian Perdagangan melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menargetkan pendirian bursa komoditi khusus sawit di tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menargetkan pendirian bursa komoditi khusus sawit di tahun ini. Pasalnya, selama ini Indonesia masih mengikuti harga acuan dari bursa Malaysia kendati Indonesia menjadi produsen terbesar dunia.

Plt Kepala Bappebti, Didid Noordiatmoko, menuturukan, dengan adanya bursa berjangka, pencatatan dan pembentukan harga minyak sawit atau CPO dapat lebih transparan.

Baca Juga

Selain itu, dengan melakukan transaksi di bursa berjangka, diharapkan dapat menjadi sarana untuk pembentukan harga dan refenrensi harga. Didid mengatakan, hal itu secara signifikan dapat memberikan manfaat bagi perekonomian nasional.

Hanya saja, keinginan mendirikan bursa komoditi sawit bukan tanpa hambatan. "Data transaksi komoditas yang terdapat di Indonesia saat ini belum dapat diandalkan," kata Didid dalam pembukaan Rapat Kerja Bappebti di Jakarta, Kamis (19/1/2023).