Kamis 19 Jan 2023 15:25 WIB

Mengapa Allah Merahasiakan Kapan Terjadinya Kiamat?

Kiamat termasuk salah satu dari perkara yang gaib.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Mengapa Allah Merahasiakan Kapan Terjadinya Kiamat?
Foto: republika
Mengapa Allah Merahasiakan Kapan Terjadinya Kiamat?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari kiamat pasti terjadi. Namun tak ada satupun makhluk yang dapat mengetahui kapan waktunya terjadi kiamat. Karena itu hari kiamat termasuk salah satu dari perkara yang gaib. Lalu mengapa Allah SWT merahasiakan kapan terjadinya kiamat?

Pendakwah Habib Ali Baqir as Saqqaf dalam kajian singkat yang disiarkan kanal YouTube NU Online media resmi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada 10 Januari 2023 mengatakan maksud dirahasiakannya waktu terjadinya kiamat adalah sebagai ujian bagi manusia.

Baca Juga

"Itu semua akan kembali pada hakikat diciptakannya manusia yaitu untuk diuji. Kalau seumpama Allah memberitahu kapan terjadinya hari kiamat, bahwa hari kiamat akan terjadi 12 Muharram tahun 2000 Hijriyah, sudah tahu, sudah tidak ada ujian lagi," kata Habib Ali.

Begitupun dengan dirahasiakannya kapan datangnya ajal setiap manusia, dirahasiakannya siksa dan nikmat kubur, adalah sebagai ujian bagi manusia. Sebab menurut Habib Ali bila semua dari perkara-perkara yang gaib seperti waktu terjadinya kiamat diberitahukan kepada manusia, maka tidak ada lagi ujian, dan seluruh manusia pasti akan beriman.

"Karena itu tidak tampaknya hari kiamat, tidak tampaknya perkara-perkara gaib yang lain, adalah realisasi dari makna ujian yang mana diberikan oleh Allah melewati para nabinya kepada manusia. Tanpa adanya kegaiban hari kiamat, niscaya masuk Islam dan mendapat hidayah itu mudah. Jikalau mendapat hidayah itu mudah, surga tidak ada harganya, surga tidak akan diagungkan oleh Allah," katanya.

Selain agar manusia diuji untuk beriman kepada Allah, menurut Habib Ali dirahasiakannya hari kiamat juga bertujuan agar manusia takut untuk beramal keburukan.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَيْنَمَا تَكُوْنُوْا يُدْرِكْكُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِيْ بُرُوْجٍ مُّشَيَّدَةٍ ۗ وَاِنْ تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۚ وَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّقُوْلُوْا هٰذِهٖ مِنْ عِنْدِكَ ۗ قُلْ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ ۗ فَمَالِ هٰٓؤُلَاۤءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُوْنَ يَفْقَهُوْنَ حَدِيْثًا
Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, “Ini dari sisi Allah,” dan jika mereka ditimpa suatu keburukan, mereka mengatakan, “Ini dari engkau (Muham-mad).” Katakanlah, “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?”

(QS. An-Nisa' ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement