Kamis 19 Jan 2023 19:48 WIB

Ganjar: Indonesia Bisa Hadapi Ancaman Krisis Global

Menurut Ganjar, langkah awal adalah menghitung ulang kekayaan dan kekuatan negara.

Red: Agus raharjo
Momen Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai keluar dari venue tasyakuran, Ahad (11/12).
Foto: Republika/Alfian
Momen Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo usai keluar dari venue tasyakuran, Ahad (11/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo optimistis Indonesia bisa menghadapi ancaman krisis global di masa mendatang dengan kekuatan sumber daya alam yang melimpah. Krisis global yang terjadi saat ini membuat sepertiga negara di dunia atau sekitar 70 negara di dunia terancam resesi.

"(Ada) 47 di antaranya sudah menjadi pasien IMF. Artinya, seluruh negara itu bakal mengalami kondisi sebagaimana yang pernah kita hadapi pada tahun 1998," kata Ganjar, saat memberikan orasi ilmiah Dies Natalis wisudawan Universitas Prof Dr Moestopo, di Jakarta, Kamis (19/1/2023).

Baca Juga

Dalam kesempatan itu, Ganjar 'membakar' semangat lulusan Universitas Moestopo, agar tak gentar meski situasi tak menentu akibat krisis global. Menurut dia, saat ini ada 10 negara dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, dimana lima diantaranya lebih dari 100 persen.

Bahkan Eropa, kata dia lagi, yang selama ini dianggap sebagai kiblatnya kemajuan dan pengetahuan, tidak mampu menghindar dari ancaman resesi. "Terlebih dengan laju inflasi yang mencapai 9,2 persen. Dan itu merupakan angka yang sangat tinggi dibanding Indonesia yang inflasinya hanya 5,51 persen. Bahkan angka itu juga lebih rendah dibanding inflasi yang dialami Amerika sebesar 6,5 persen," ujarnya.

Menurut Ganjar, kondisi Indonesia lebih baik dibanding negara lain. Selain itu, jika dilakukan dengan optimalisasi sumber daya alam, maka Indonesia akan menjadi negara kuat.

"Langkah awal yang mesti dilakukan adalah menghitung ulang berapa kekayaan dan kekuatan negara," kata politikus PDIP ini.

Ganjar merinci, potensi energi baru terbarukan yang dimiliki Indonesia saat ini sebesar 3.600 gigawatt (GW), sementara pemanfaatannya masih 11,15 GW. Belum lagi potensi nikel yang berlimpah, yang sudah ditetapkan tidak boleh lagi dijual mentah. Ada juga bauksit dan tembaga serta mineral lainnya.

Selain itu, potensi pangan Indonesia sangat besar untuk dikembangkan dengan luasan wilayah tanam, disokong dengan kesuburan lahan serta terjaminnya kebutuhan air, membuat Indonesia sebagai salah satu lumbung pangan dunia sangat terbuka lebar. Lalu, kata dia lagi, potensi kelautan, perkebunan, peternakan, industri, pengembangan teknologi sampai kebudayaan.

"Tahun 2023 ini merupakan tahun transisi. Maju atau tidaknya negara ini di masa mendatang, bergantung pada apa yang kita lakukan di tahun ini. Untuk menghadapi masa transisi ini, yang mesti kita ingat dan pegang kuat-kuat adalah semangat gotong royong," tegas Ganjar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement