Penyebaran Penyakit LSD Cepat, Perlu Isolasi dan Penanganan Segera

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq

 Pengawasan oleh petugas kesehatan hewan terhadap aktivtas perdagangan hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Pengawasan oleh petugas kesehatan hewan terhadap aktivtas perdagangan hewan ternak sapi di Pasar Hewan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. | Foto: Bowo Pribadi

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak sapi di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, menyebar dengan cepat. Sejak kali pertama ditemukan kasusnya di Kecamatan Ungaran Barat pada September 2022 lalu, penyakit yang menyerang kulit sapi ini telah meluas.

Total sudah ada 819 ekor sapi di Kabupaten Semarang yang terindikasi telah terserang oleh penyakit LSD.  Sedangkan per Rabu (18/1/2023) kemarin, sebanyak 82 ekor sapi dinyatakan suspect penyakit LSD ini.

“Jumlah terbanyak di Kecamatan Bancak, yang mencapai 42 ekor sapi,” kata Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertankap) Kabupaten Semarang, Wigati Sunu, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis (19/1/2023).

Kecamatan Bancak, lanjutnya, juga mencatat jumlah akumulasi sapi terbanyak akibat penyakit LSD. Tercatat jumlah sapi yang terkena penyakit ini di wilayah ini mencapai 245 ekor.

Terkait pengendalian penyakit LSD, masih kata Sunu, Dispertanikap telah mengajukan permohonan vaksin dan obat kepada Dinas Pertanian dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Provinsi Jateng.

Karena sampai saat ini belum ada alokasi obat untuk menangani kasus penyakit LSD di Kabupaten Semarang. “Kami sudah mengajukan karena petugas di lapangan sebenarnya sudah siap untuk melakukan vaksinasi,” tegas Sunu.

Ia juga menyampaikan, dalam upaya mengendalikan penyebaran penyakit LSD ini, tim kesehatan hewan Dispertanikap juga terus mewaspadai dan melakukan pengawasan hingga di pasar-pasar hewan ternak yang ada di daerahnya.

Jika ada blantik maupun pemilik pemilik hewan ternak (sapi) yang terindikasi terjangkit LSD diminta untuk kembali pulang dan untuk sementara tidak beraktivitas di pasar hewan untuk mencegah penyebaran.

Walaupun tingkat morbid atau risiko kematian hewan dan keparahan penyakit LSD lebih rendah dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), penyebarannya juga tergolong cepat. “Kami mengimbau warga atau peternak sapi untuk menjaga kebersihan kandang, pemberian vitamin serta makanan atau pakan yang baik,” tegasnya.

Terkait penyebaran penyakit LSD ini, Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, meminta jajarannya sigap dalam melakukan penanganan, termasuk melakukan isolasi dan treatment untuk menangani hewan ternak yang terserang.

“Ilmunya, kita pakai penanganan kasus PMK saja, begitu kasusnya ditemukan, ditutup, diisolasi terus kemudian lakukan treatment,” ungkapnya.

Ganjar mengaku sudah menerima informasi terkait penyakit LSD yang menyerang sejumlah hewan ternak sapi di Jateng. Maka untuk mencegah penyebarannya, Disnakkeswan Jateng diminta segera melakukan tindakan cepat.

Yang utama cepat diambil ‘sampelnya’ bawa ke laboratorium agar tidak salah dalam mengambil tindakan (penanganannya). Gubernur juga mengingatkan, di era sekarang ini akan muncul hal-hal semacam ini, karena penyakit baru akan terus bermutasi dari yang lain.

Maka peran penyuluh peternakan menjadi penting. “Mereka itu garda terdepan dalam berkolaborasi dengan peternak dalam menangani penyakit pada ternak yang muncul di masyarakat,” tegasnya.

Terkait


Kian Meluas, Hewan Ternak Kabupaten Magelang Juga Terpapar LSD

Gubernur Siapkan Sejumlah Strategi Entaskan Kemiskinan dan Tekan Inflasi Jawa Tengah

Komunitas Petani Hidroponik di Purbalingga Dukung Gubernurnya Maju di 2024

Kunjungan Wisatawan ke Jateng 2022 Lampaui Target

BI: Industrialisasi Pertanian Sejahterakan warga Jawa Tengah

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark