REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA – Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan, dinas intelijen negaranya telah gagal mengantisipasi aksi penggerudukan gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan oleh massa pendukung mantan presiden Jair Bolsonaro awal bulan ini. Dia sempat menduga bahwa kudeta terhadap pemerintahannya akan berlangsung.
“Kami membuat kesalahan mendasar: intelijen saya tidak ada (hari itu). Kami memiliki intelijen angkatan darat, angkatan udara, dan ABIN (Badan Intelijen Brasil). Tidak ada dari mereka yang memperingatkan saya,” kata Lula da Silva saat diwawancara stasiun televisi GloboNews terkait kerusuhan yang terjadi 8 Januari lalu, Rabu (18/1/2023).
Lula sempat mengatakan, dia menduga ada persekongkolan antara orang-orang di internal angkatan bersenjata ketika aksi kerusuhan dan penggerudukan gedung Kongres, Mahkamah Agung, dan Istana Kepresidenan terjadi. “Saya mendapat kesan itu adalah awal dari kudeta,” ucapnya.
Dia menegaskan ingin menjaga hubungannya dengan angkatan bersenjata Brasil. “Saya tidak ingin memiliki masalah dengan pasukan, atau mereka dengan saya. Tapi mereka yang ingin berpolitik harus melepas seragamnya, mundur dari jabatannya kemudian terjun ke dunia politik,” kata Lula.