Jumat 20 Jan 2023 14:51 WIB

Satgas Pangan Telusuri Oknum Pemain Harga Beras Bulog

"Model apa preman-preman begini, masalah beras urusan perut rakyat dipakai mainan"

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Warga memanen padi di daerah Gedebage, Kota Bandung, Selasa (3/1/2023). Faktor gangguan cuaca seperti tingginya intensistas hujan mengakibatkan fluktuasi harga gabah. Selain itu, kenaikan harga beras disejumlah daerah disebabkan masa panen padi yang sudah selesai dan hasil panen tidak sebanyak tahun lalu.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Warga memanen padi di daerah Gedebage, Kota Bandung, Selasa (3/1/2023). Faktor gangguan cuaca seperti tingginya intensistas hujan mengakibatkan fluktuasi harga gabah. Selain itu, kenaikan harga beras disejumlah daerah disebabkan masa panen padi yang sudah selesai dan hasil panen tidak sebanyak tahun lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satgas Pangan mulai menelusuri laporan Bulog terkait adanya pedagang-pedagang besar yang menjual mahal beras Bulog ke para pedagang eceran. Satgas Pangan bakal menindak tegas dan menjerat sanksi bagi para pedagang yang membandel dan terbukti mempermainkan harga.

Wakil Kepala Satgas Pangan Polri, Helfi Assegar, mengatakan, pihaknya akan memberikan peringatan kepada para pedagang tersebut. Diharapkan mereka dapat berhenti menjual beras Bulog dengan harga tinggi agar para pedagang eceran dapat menjual beras lebih murah.

Baca Juga

"Namun, apabila sudah diberikan peringatan, tidak bisa (mematuhi) dan tidak mau, kita harus lakukan penegakan hukum. Ada hal-hal khusus yang jadi target kami dan tentu akan dilakukan pendalaman," kata Helfi di Kantor Pusat Bulog, Jakarta, Jumat (20/1/2023).

Ia menegaskan, Satgas Pangan mendukung penuh upaya pemerintah untuk menyediakan bahan pangan dengan harga stabil, termasuk beras. Aksi-aksi spekulasi yang dapat menghambat rantai distribusi beras harus ditertibkan. Apalagi jika sudah berdampak pada kenaikan harga.

"Kami sudah cukup banyak melakukan penindakan, paling tidak mereka sudah diingatkan, kalau tidak diindahkan pasti ditindak," katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengungkapkan sejumlah pedagang besar yang membeli beras Bulog menjual kembali beras dengan harga jauh lebih tinggi. Hal itu menyebabkan operasi pasar beras yang dilakukan Bulog tak efektif menurunkan harga.

Lelaki yang akrab disapa Buwas itu menuturkan, harga jual beras dari Bulog sebesar Rp 8.300 per kg. Beras tersebut dibeli oleh para pedagang besar atau penyalur yang nantinya menjual kepada pedagang eceran.

Namun, berdasarkan temuan Bulog, para pedagang besar itu justru menjual beras dari Bulog dengan harga tinggi hingga Rp 9.500 per kg. Padahal, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium di tingkat konsumen saja hanya Rp 9.450 per kg.

"Seharusnya sampai ke konsumen ya (sekitar) Rp 9.000 paling mahal tapi yang terjadi harga tetap tinggi. Kenapa? Ternyata pedagang-pedagang (eceran) ini mendapat harga mahal, ya bagaimana dia mau jual murah belinya saja sudah mahal," kata Budi dalam konferensi pers.  

Buwas mengultimatum para pedagang besar yang berani mempermainkan harga beras. Apalagi, beras Bulog merupakan cadangan pangan milik pemerintah yang digunakan untuk menstabilkan harga ketika terjadi gejolak.

"Siapa saja yang mau beli, saya buka. Tidak ada lagi koordinator-koordinator, mafia. Jangan pikir saya tidak tahu. Model apa preman-preman begini, masalah beras urusan perut masyarakat dipakai mainan," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement