Jumat 20 Jan 2023 21:21 WIB

Ditanya Soal Kabar Vladimir Putin, Ini Jawaban Presiden Ukraina

Presiden Zelenskyy meminta negara dunia tak ragu memberi bantuan militer ke Ukraina.

Red: Nidia Zuraya
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada Kamis (19/1/2023) menyatakan bahwa dia tidak mengetahui keberadaan Vladimir Putin. Bahkan ia mempertanyakan apakah sang pemimpin Rusia tersebut masih hidup.

"Saya tidak sepenuhnya mengerti apakah dia (Putin) masih hidup. Apakah dia yang membuat keputusan atau orang lain, sekelompok orang tertentu," kata Zelenskyy dalam pidatonya secara virtual di Forum Ekonomi Dunia (WEF), menurut pernyataan kepresidenan Ukraina.

Baca Juga

"Saya tidak mengerti bagaimana Anda bisa menjanjikan satu hal kepada para pemimpin Eropa, lalu hari berikutnya memulai invasi besar-besaran ke negara lain. Saya tidak mengerti dengan siapa kita berurusan," tambah dia.

Dalam forum tersebut, Zelenskyy juga meminta negara-negara lain agar tidak ragu-ragu memberikan bantuan militer ke Ukraina. Dia mengatakan negaranya membutuhkan sistem pertahanan udara untuk melindungi fasilitas sipil dan infrastruktur energi dari serangan rudal dan pesawat nirawak musuh.

Zelenskyy menyampaikan pasukannya juga membutuhkan senjata yang mempunyai kemampuan menyerang dengan jangkauan yang lebih jauh, dan memungkinkannya untuk menyerang musuh hingga ke garis depan. Terkait kemungkinan pembicaraan damai untuk mengakhiri perang yang dimulai Februari tahun lalu, pemimpin Ukraina itu mengaku bingung karena dia tidak mengerti kepada siapa dia harus bernegosiasi di Rusia.

"Menurut saya, Rusia harus terlebih dahulu menemukan seseorang dan kemudian menawarkan sesuatu," kata Zelenskyy.

Pada Oktober lalu, Zelenskyy telah menandatangani sebuah dekrit yang menolak negosiasi apa pun dengan Putin setelah Rusia mengambil alih empat wilayah pendudukan Ukraina sebagai bagian dari Rusia.

Empat wilayah itu adalah Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia. Namun hasil kesepakatan tersebut mendapatkan penolakan secara luas dari komunitas internasional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement