REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di tengah kemajuan zaman dan teknologi yang dibarengi dengan maraknya pengaruh budaya luar dari media sosial, menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi komunikasi untuk tetap cekatan beradaptasi sekaligus terus mempertahankan integritasnya.
Penjagaan integritas penting dilakukan karena menjadi pondasi awal dalam membangun kepercayaan publik. Hal tersebut karena, ketika krisis integritas terjadi maka akan membutuhkan waktu lama dalam pemulihannya.
“Akar mula dari trust yang hilang, akan memunculkan sebuah ancaman bagi perusahaan." kata Dr Firsan Nova, CEO Nexus Risk Mitigation and Strategic Communication dalam workshop Leadership Series 2 bertajuk Rebuilding Trust After A Crisis: How to Win Your Stakeholder Back!
Ketika berbicara mengenai trust, diperlukan adanya intended strategy dan emergency strategy. "Intended strategy berupa strategi yang diniatkan, tapi belum dilakukan. Sedangkan emergency strategy berupa penyusunan strategi dari yang paling ideal sampai yang paling sakit." tutur Firsan.
Menurutnya, emergency strategy perlu dilakukan agar tidak terpaku dengan satu hal dan bisa dinamis dengan keadaan yang akan terjadi. "Orang yang paling kaya adalah, ketika ia punya masalah ia punya banyak solusi." imbuhnya.
Dalam acara yang dihadiri oleh para praktisi PR tersebut, Firsan juga menyebutkan jika ingin mengembalikan trust, maka hilangkan capability mismatch. "Karena semakin panjang durasi antara plan dan eksekusi, maka akan ada time lake yang tumbuh di antaranya." jelas Firsan.
Ia menambahkan, bahwa intended strategy sering kali tidak sukses karena plan dan eksekusi yang tidak cepat. Oleh karena itu, praktisi komunikasi harus memiliki sense of PR, yang memiliki kepekaan dalam melihat potensi kemunculan krisis.
Firsan juga menyebutkan, "Apalagi jika yang dilanggar adalah integritas. Semakin perusahaan lama dalam penanganannya, maka semakin cepat pula jatuhnya."
Ketika company tidak memiliki cukup cash flow, tugas PR adalah menciptakan citra dan narasi yang baik. "Benarkah legalitasnya, perbanyak relasinya. Ketika top management belum memiliki sense of PR, maka support." tutup Firsan dalam acara yang diadakan di JS Luwansa Hotel, Jakarta (20/01).