Sabtu 21 Jan 2023 13:48 WIB

Penyakit LSD Menyebar, Warung di Pasar Hewan Ambarawa pun Ikut Terdampak

Lesunya penjualan terlihat di aktivitas pasar dan warung pusat penjualan hewan ternak

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Peternak melintas di samping sapi yang dijual di Pasar Hewan. Penularan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternak sapi di wilayah Kabupaten Semarang disebut telah mempengaruhi aktivitas jual beli hewan ternak di daerah ini.
Foto: ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto.
Peternak melintas di samping sapi yang dijual di Pasar Hewan. Penularan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternak sapi di wilayah Kabupaten Semarang disebut telah mempengaruhi aktivitas jual beli hewan ternak di daerah ini.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Penularan penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternak sapi di wilayah Kabupaten Semarang disebut telah mempengaruhi aktivitas jual beli hewan ternak di daerah ini.

Kondisi ini terungkap dari menurunnya omzet penjualan hewan ternak di Pasar Hewan Ambarawa atau Pasar Pon Ambarawa, yang berlokasi di Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Sejumlah pedagang hewan ternak megakui, sejak kabar penyakit LSD meluas di Kabupaten Semarang, lalu lintas dan perdagangan hewan ternak –khususnya sapi—di pasar hewan ini cenderung sepi.

“Saat aktivitas Pasar Pon normal, saya bisa menjual 10 hingga 15 ekor sapi. Untuk saat ini bisa menjual tiga ekor sapi sudah bagus,” ungkap salah seorang pedagang, Amri (50), yang dikonfirmasi Sabtu (21/1).

Ia mengungkapkan, besok Ahad (22/1), merupakan pasaran Pon atau saatnya aktivitas perdagangan ternak di Pasar Hewan Ambarawa ini buka. Karena pasar hewan ini hanya beraktivitas pada pasaran Pon.

Harapannya sudah ada peningkatan omzet penjualan ternak sapi. “Tetapi kalau besok masih  hanya bisa menjual di bawah lima ekor, berarti ini sudah pasaran yang keempat, penjualan hewan ternak di pasar Pon ini lesu,” tambahnya.

Penjual hewan ternak asal Ambarawa ini menambahkan, lesunya penjualan hewan ternak kali ini sangat dikeluhkan para pedagang dan blantik, tak terkecuali para pedagang kecil yang ada di linkungan Pasar Hewan Ambarawa ini.

Karena Pasar Hewan Ambarawa ini sebelumnya ditutup cukup lama oleh Pemerintah kabupaten (Pemkab) Semarang, akibat merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) beberapa waktu lalu.

Kini, di saat aktivitas perdagangan hewan ternak mulai akan kembali normal, tiba- tiba muncul penyakit baru pada hewan ternak, LSD hingga aktivitas perdagangan hewan ternak di pasar Hewan Ambarawa kembali lesu.

“Tidak hanya kami (para pedagang), namun juga blantik serta usaha warung yang selama ini mengandalkan keramaian aktivitas di Pasar Hewan Ambarawa ini, juga kehilangan omzet yang lumayan banyak” tandas Amri.

Hal ini dibenarkan oleh Jumini (42), salah seorang pemilik warung soto di lingkungan Pasar Hewan Ambarawa. meurutnya dalam beberapa pasaran terakhir, aktivotas di Pasar Hewan Ambarawa cenderung menurun.

Dampaknya, omset penjualan di warungnya juga ikut anjlok, bahkan lumayan drastis dan omzet didapatkan hanya separuhnya. “Kalau biasanya bisa dapat Rp 800.000, sekarang ini tinggal separuhnya saja,” lanjutnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement