Ahad 22 Jan 2023 05:00 WIB

Diduga Hendak Serang Warga Israel, Pria Palestina Ditembak Mati

Pasukan Israel terhitung sudah bunuh 18 warga Palestina sejak Januari.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara Israel membidik selama bentrokan menyusul protes di pusat kota kota Hebron, Tepi Barat, 09 Agustus 2022. Tiga warga Palestina tewas, pada 09 Agustus, ketika tentara Israel meledakkan sebuah rumah mereka di dalam di kota tua Kota Nablus di Tepi Barat, menurut sumber medis. Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi kematian tiga warga Palestina yang dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sangat kritis.
Foto: EPA-EFE/ABED AL HASHLAMOUN
Tentara Israel membidik selama bentrokan menyusul protes di pusat kota kota Hebron, Tepi Barat, 09 Agustus 2022. Tiga warga Palestina tewas, pada 09 Agustus, ketika tentara Israel meledakkan sebuah rumah mereka di dalam di kota tua Kota Nablus di Tepi Barat, menurut sumber medis. Kementerian Kesehatan mengkonfirmasi kematian tiga warga Palestina yang dibawa ke rumah sakit dalam kondisi sangat kritis.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV --Pasukan Israel menembak mati seorang pria warga Palestina di Kufr Nimeh, Ramallah, Sabtu (21/1/2023). Penembakan itu dilakukan karena pria tersebut diduga berusaha menikam seorang warga Israel.

Kantor berita Palestina, WAFA, dalam laporannya mengungkapkan, pria tersebut teridentifikasi sebagai Tareq Odeh Maali (42 tahun). “Laporan mengatakan Maali berusaha menyerang warga Israel ketika dia ditembak mati,” kata WAFA dalam laporannya.

Baca Juga

Dengan tewasnya Maali, pasukan Israel terhitung sudah membunuh 18 warga Palestina sejak awal Januari lalu. Empat di antara korban adalah anak-anak. Sementara itu Mahkamah Internasional atau International Court Justice (ICJ), pada Jumat (20/1/2023), mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima permintaan Majelis Umum PBB untuk menerbitkan pendapat penasihat tentang konsekuensi hukum atas pendudukan yang dilakukan Israel terhadap Palestina.

“Permintaan itu disampaikan ke ICJ lewat surat yang dikirim Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada 17 Januari, dan permintaan itu didaftarkan kemarin, Kamis (19/1/2023),” kata ICJ dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.

Pada 30 Desember 2022, Majelis Umum PBB mengadopsi draf resolusi bertajuk “Resolution Israeli Practices Affecting the Human Rights of the Palestinian People in the Occupied Palestinian Territory, including East Jerusalem". Resolusi itu memperoleh dukungan dari 87 negara. Sementara 26 negara lainnya memilih abstain. Majelis Umum PBB beranggotakan 193 negara.

Resolusi itu menuntut pendapat penasihat ICJ tentang konsekuensi hukum dari pendudukan, permukiman, dan aneksasi Israel di wilayah Palestina yang diduduki. Termasuk langkah-langkah Israel yang ditujukan mengubah komposisi demografis, karakter, dan status kota suci Yerusalem.

Resolusi juga meminta ICJ memberi nasihat tentang bagaimana kebijakan dan praktik tersebut mempengaruhi status hukum pendudukan. Selain itu, ICJ turut diminta menilai konsekuensi hukum apa yang timbul bagi semua negara dan PBB dari status itu.

ICJ diharapkan menyusun daftar negara dan organisasi yang dapat mengajukan pernyataan tertulis. Namun keterangan pers ICJ pada Jumat lalu tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang jadwal proses tersebut. 

Dalam pendapat penasihat sebelumnya, ICJ juga menjadwalkan sidang. Namun kemungkinan akan memakan waktu setidaknya beberapa bulan sebelum dapat dijadwalkan. ICJ yang berbasis di Den Haag, Belanda, merupakan pengadilan tertinggi PBB. Tugasnya adalah menangani perselisihan antar-negara. Putusannya mengikat, tapi ICJ tak memiliki kekuatan untuk menegakkannya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement