REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim (DSAI) meluncurkan konsep Malaysia MADANI. Program tersebut merupakan sebuah kerangka visi baru bagi negara yang terintegrasi dan holistik, didukung oleh kebijakan yang berorientasi ke depan untuk mewujudkan masyarakat yang beradab, maju, terampil dan inklusif.
"Tujuan kami adalah mengubah Malaysia menjadi negara yang berkelanjutan, sejahtera, kreatif, saling menghormati, dan santun berdasarkan rasa saling percaya. Kata kunci dari visi ini adalah MADANI, yang pada dasarnya merupakan kepercayaan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan transparansi dan kerja sama," ujar Anwar dalam siaran pers yang diterima wartawan di Jakarta, Ahad (22/1/2023).
PM ke-10 Malaysia tersebut merincikan maksud program MADANI. Menurut dia, program itu mewakili enam prinsip M (keMampanan), A (kesejAhteraan), D (Daya cipta), A (hormAt), N (keyakiNan) dan I (Ihsan) yang merupakan pilar dalam memetakan arah Malaysia menuju negara bangsa maju dan perdamaian.
"Itu ditulis sebagai hasil dari pengalaman lebih dari empat dekade di bidang pelayanan publik, mengepalai beberapa kementerian di pemerintahan, memimpin beberapa badan internasional, serta menjadi pendidik di beberapa universitas bergengsi di dunia," jelas Anwar.
Menurut dia, kendaraan utama yang menjadi inti MADANI Malaysia akan didukung oleh empat inti strategi utama, yaitu Membangun Kembali Perekonomian, Menjamin Kesejahteraan Manusia, Mereformasi Institusi dan Legislasi Demokrasi, serta Membangun Administrasi yang Amanah.
"Untuk menjamin kesinambungan dan kelancaran agenda ini, tiga strategic enabler akan berfungsi sebagai motor penggerak, yaitu digitalisasi pelayanan rakyat, pemberdayaan talenta terbaik bangsa, dan pemberdayaan manajemen proyek strategis," jelas Anwar.
Dengan semangat, ketelitian keinginanm dan tekad Malaysia MADANI, Anwar mengajak semua pihak untuk mendukung konsep tersebut demi kebaikan bersama. "Kita luncurkan MADANI bukan sekadar 'slogan' baru, tetapi sebagai upaya kita untuk membawa perubahan bagi masyarakat dan sistem nasional. Sekarang adalah kesempatan bagus untuk mewujudkan ide yang telah saya ajukan lebih dari dua dekade lalu," tegasnya.
Pakar Bidang Pemikiran Islam dari Institut Pemikiran dan Peradaban Islam Antarabangsa-Universiti Islam Antarabangsa (ISTAC-IIUM), Profesor Emeritus Datuk Dr Osman Bakar menilai, istilah 'Negara MADANI' yang dicetuskan Anwar tidak sama dengan konsep Islam Hadhari yang dicetuskan oleh PM ke-5 Malaysia Tun Abdullah Ahmad Badawi.
Meski begitu, sambung dia, ada beberapa perbedaan di antara dua gagasan itu. "Perbedaanya mudah saja dipahami menunjukkan bahwa kedua-duanya merujuk kepada ide peradaban dan keberadapan, meskipun istilah peradaban tidak digunakan dalam gagasan Malaysia MADANI yang diinspirasikan oleh DSAI," jelasnya.