REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, menekankan pentingnya inovasi dalam percepatan penurunan kasus stunting. Kekurangan gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan anak terganggu membuat badannya menjadi tengkes.
Sebagaimana dikutip dalam siaran pers pemerintah yang diterima di Jakarta, Ahad (22/1/2023), dia mencontohkan, inovasi yang telah dijalankan dalam upaya percepatan penurunan stunting, antara lain penyediaan alat USG di puskesmas dan alat ukur untuk memantau pertumbuhan bayi di posyandu.
"Diharapkan, akan semakin banyak puskesmas dan posyandu yang memiliki kelengkapan alat-alat standar untuk mendukung upaya percepatan penurunan prevalensi stunting," katanya.
Muhadjir juga menyampaikan perlunya pengerahan kader-kader terlatih untuk memantau pemenuhan kebutuhan gizi, serta pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencegah stunting.
"Kemudian juga perlu diperkuat lagi intervensi sensitif dan spesifik di setiap daerah," katanya.
Dia mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya mempercepat penurunan angka kasus stunting dan penanggulangan kemiskinan ekstrem.
"Untuk mendukung program tersebut Kemenko PMK tengah mendalami berbagai permasalahan di daerah-daerah, melalui koordinasi bersama kepala-kepala daerah di sejumlah wilayah di Tanah Air melalui virtual, atau Roadshow Daring Percepatan Penurunan Stunting dan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem," katanya.
Menurut Muhadjir, pemerintah daerah berperan penting dalam upaya percepatan penurunan angka kasus stunting dan penanggulangan kemiskinan ekstrem.
"Penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem tidak akan terlaksana dengan baik, tanpa peranan utama dari pemerintah daerah," katanya.
Pemerintah menargetkan angka kasus stunting yang selama 2022, masih sekitar 24 persen bisa turun menjadi 14 persen pada 2024.