Ahad 22 Jan 2023 17:43 WIB

Indonesia: Pembakaran Alquran di Swedia Penistaan Agama

Pembakaran Alquran mengakibatkan munculnya perlawanan dari Muslim.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Erdy Nasrul
Seorang pengunjuk rasa memegang salinan Alquran, kitab suci umat Islam, selama demonstrasi mengutuk rencana pembakaran Alquran oleh kelompok sayap kanan di Swedia, di depan Kedutaan Besar Swedia di Teheran, Iran, Senin, 18 April 2022.
Foto: AP/Vahid Salemi
Seorang pengunjuk rasa memegang salinan Alquran, kitab suci umat Islam, selama demonstrasi mengutuk rencana pembakaran Alquran oleh kelompok sayap kanan di Swedia, di depan Kedutaan Besar Swedia di Teheran, Iran, Senin, 18 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia mengutuk dengan keras aksi pembakaran kitab suci Al-Quran oleh politisi Swedia, di Kedutaan Besar Turki di Stockholm pada Sabtu (21/1/2023) lalu. Langkah ini dinilai mencederai toleransi umat beragama dunia.

"Indonesia mengutuk keras aksi pembakaran kitab suci Alquran oleh Rasmus Paludan, politisi Swedia pada Sabtu di Stockholm," kata pernyataan Pemerintah Indonesia melalui Twitter resmi Kementerian Luar Negeri RI, Ahad (22/1/2023).

"Aksi penistaan kitab suci ini telah melukai dan menodai toleransi umat beragama," tambah pernyataan tersebut. Indonesia menegaskan bahwa menunjukkan ekspresi harus dilakukan secara bertanggung jawab, bukan dengan menista. 

Baca juga : Ibrahim Kalin: Pembakaran Alquran di Swedia Bentuk Barbarisme Modern

Pembakaran Alquran dilakukan oleh seorang pemimpin partai politik sayap kanan Denmark, Hard Line (Suram Kurs). Rasmus Paludan, yang juga berkewarganegaraan Swedia sebelumnya pernah menggelar sejumlah aksi demonstrasi dengan membakar Alquran.  

Pada April tahun lalu, pengumuman Paludan tentang "tur" pembakaran Alquran selama bulan suci Ramadhan memicu kerusuhan di seluruh Swedia. Dikelilingi oleh polisi, Paludan membakar kitab suci dengan korek api menyusul cacian panjang hampir satu jam. Ia menyerang Islam dan imigrasi di Swedia. Sekitar 100 orang berkumpul di dekatnya untuk demonstrasi tandingan dengan damai. "Jika Anda tidak berpikir harus ada kebebasan berekspresi, Anda harus tinggal di tempat lain,” katanya.

Turki sangat marah dengan aksi pembakaran Alquran ini terlebih di depan Kedubesnya. "Kami mengutuk sekeras mungkin serangan keji terhadap kitab suci kami. Mengizinkan tindakan anti-Islam ini, yang menargetkan umat Islam dan menghina nilai-nilai suci kami, dengan kedok kebebasan berekspresi sama sekali tidak dapat diterima," kata Kementerian Luar Negeri Turki, dikutip laman Aljazirah, Ahad.

Baca juga : Turki Batalkan Jadwal Kunjungan Menhan Swedia Pascainsiden Pembakaran Alquran

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu melampiaskan kemarahan atas kegagalan otoritas Swedia untuk melarang protes tersebut. "Itu tindakan rasis, ini bukan tentang kebebasan berekspresi,” katanya. Turki kemudian langsung membatalkan kunjungan menteri pertahanan Swedia yang bertujuan untuk mengatasi keberatan Turki terhadap keanggotaan NATO-nya. Swedia membutuhkan dukungan Turki untuk masuk ke aliansi militer karena ketakutan di Eropa tumbuh setelah invasi Rusia ke Ukraina. Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, Yordania dan Kuwait juga mengecam pembakaran Alquran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement