Deteksi Dini Diperkuat Tekan Prevalensi Balita Stunting Jateng
Red: Yusuf Assidiq
Petugas kesehatan mengukur berat badan balita saat kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu) di Posyandu Mekar Sari, Karangasem Selatan, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Pemerintah setempat terus berupaya menekan angka stunting dengan melakukan pengawasan balita yang ada di Kabupaten Batang dengan mengadakan kegiatan posyandu secara rutin dan pemberian asupan vitamin kepada ibu dan balita. | Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah terus melakukan penguatan deteksi dini dan pencegahan balita stunting. Langkah itu dilakukan karena angka prevalensinya masih 20,9 persen atau di atas target nasional sebesar 14 persen pada 2024.
"Upaya pencegahan stunting melalui deteksi dini balita yang mengalami weight faltering, berat badan kurang, serta gizi kurang yang ditemukan di posyandu dan ditangani sesuai standar tata laksana stunting di puskesmas," kata Kepala Dinkes Jateng Yunita Dyah Suminar saat dikonfirmasi di Cilacap.
Selain itu, kata dia, pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu ditingkatkan, karena buku KIA merupakan perangkat untuk memantau tumbuh kembang balita dari bulan ke bulan.
Menurut dia, buku KIA juga memuat edukasi mulai dari kesehatan ibu hamil sampai dengan tumbuh kembang anak pada usia 0-6 tahun.
Oleh karena itu, perlu juga dilakukan atau dikuatkan dengan pelaksanaan kelas ibu hamil maupun kelas ibu balita sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting.
"Penguatan deteksi dini dan pencegahan balita stunting, kegiatan audit kasus dalam percepatan penurunan stunting dengan melakukan kolaborasi bersama unsur pentahelix, yaitu akademisi, swasta, masyarakat, pemerintah, dan media," jelas perempuan yang akrab disapa Ninit itu.
Menurut dia, upaya yang dilakukan pemerintah adalah memantau konsumsi makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) balita usia 6-23 bulan di posyandu dengan mengerahkan puskesmas dan jejaringnya. Seperti kader, PKK, dan sebagainya dengan penguatan edukasi MP ASI, penyuluhan, serta penguatan surveilans gizi melalui elektronik pencatatan pelaporan berbasis gizi masyarakat (EPPGBM).
Lebih lanjut, kadinkes mengatakan dalam rangkaian peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) 2023 yang mengusung tema 'Cegah Stunting dengan Protein Hewani', Dinkes Jateng telah menyiapkan serangkaian kegiatan untuk memperkuat pencegahan dan percepatan penurunan stunting pada balita.
Dalam hal ini, kata dia, Provinsi Jateng dan beberapa kabupaten/kota memperingati HGN 2023 dengan inovasi masing-masing. Di antaranya kunjungan Gubernur Jateng ke Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat) pada lokus terdampak banjir di Kabupaten Demak pada 23 Januari 2023.
Menurut dia, pada hari yang sama juga ada sosialisasi deteksi dini dan intervensi terhadap masalah gizi balita (weight faltering, underweight, wasted, dan gizi buruk) bersama lintas program dan lintas sektor.
Selanjutnya, sosialisasi MP ASI balita usia 6-59 bulan dan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Stunting dengan melibatkan tenaga kesehatan puskesmas dan rumah sakit di 35 kabupaten/kota yang digelar secara virtual/daring pada 24 Januari 2023.
"Bersama Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia (PPID) Mengabdi akan melakukan pelayanan kesehatan pencegahan stunting pada ibu hamil, balita, dan remaja putri pada 1 Februari 2023," kata Ninit yang juga sebagai penjabat bupati Cilacap.
Menurut dia, pihaknya juga berencana menggelar pertemuan koordinasi penguatan tata laksana gizi kurang dan gizi buruk pada balita di Kota Semarang dengan mengundang Dinkes kabupaten/kota se-Jateng pada 14-15 Februari 2023.
"Intinya, kami berupaya untuk menekan angka prevalensi stunting di Jateng, termasuk Cilacap (yang saat ini sebesar 17,9 persen) agar bisa mencapai target nasional yang ditetapkan sebesar 14 persen pada 2024," ujarnya.