REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Suatu hari, Sayyidina Ali Zainal Abidin, putra Husein as-Syahid, cucu Ali bin Abi Thalib, Cicit Nabi Muhammad SAW, dijelek-jelekkan dalam sebuah majelis. Sang alim yang ahli ibadah dijatuhkan derajatnya, dihujani hinaan, dan segala keburukan.
Lalu apa yang dilakukan sang permata ahli ibadah itu sebagai balasan?
Ketika itu para pecintanya sudah mau melawan si penghina, tapi Ali menahan mereka. “Jangan. Kalian harus menahan diri,” cerita Ketua Umum Rabithah Alawiyah Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaf dalam acara haul al-stadz al-musnid Habib Abdullah dan al-habr al-quthb Habib Abdul Qadir Bilfaqih di Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyah Malang, beberapa hari lalu.
Ali terus menunggu si penghina sampai selesai bertutur kata. Kemudian cicit Rasulullah itu berdiri mendekati si penghina. Lalu memberikan sorban kepadanya. Juga mengeluarkan segala harta yang ada di dalam kantong kepada si penghina. “Terima kasih telang mengingatkan aib tadi kepada saya. Apa yang bisa saya bantu untuk memenuhi hajat kamu ya saudaraku,” kata Habib Taufiq menceritakan omongan Sayyidina Ali Zainal Abidin yang dijuluki sebagai ahli sujud.
Baca juga : Erdogan: Swedia tidak Hormati Islam, Jangan Harap Dapat Dukungan NATO dari Turki
Si penghina menjadi bingung. Dia sudah menghina, mengungkapkan segala keburukan, mencaci maki. Tapi Ali malah memberikan segala yang dia bawa, bahkan sampai menawarkan bantuan apa yang diperlukan untuk dia berikan. Sampai akhirnya si penghina itu bilang, “Engkau benar keturunan Rasulullah. engkau benar darah Rasulullah,” kata si penghina.
Habib Taufiq yang mengasuh Pesantren Sunniyah Salafiyah mengatakan, begitulah akhlak mulia yang harus dicontoh orang masa kini. Ketika ada orang mencaci maki, menghina, dan berkata-kata tak pantas, maka balaslah dia dengan kemuliaan, kearifan, dan segala kebaikan, sehingga itu membuatnya tak lagi berbuat keburukan.
Habib Taufiq mengingatkan sebuah hadits Rasulullah yang menjelaskan dua hal berat atau tsaqalain. Bunyinya, Rasulullah bersabda dengan arti sebagai berikut. “Sungguh aku telah meninggalkan kepada kamu dua hal. Pertama adalah kitab Allah (Alquran) kedua adalah ithrah ahli baiti.”
Maksud dari ithrah ahli bait Rasulullah adalah akhlak dan thariqoh ahli bait Nabi Muhammad SAW, ithrah berupa kebaikan, kearifan, kekhusyuan, dan dzikrullah dalam setiap waktu dan gerak, seperti yang dicontohkan Sayyidina Ali Zainal Abidin si ahli sujud.
Baca juga : Negara Arab Kecam Pembakaran Alquran oleh Ekstremis di Swedia