REPUBLIKA.CO.ID,NEW DELHI -- Kelompok arkeolog asal India yang menamakan diri sebagai Archaeological Survey of India (ASI) berencana melakukan restorasi gapura sebuah masjid. Upaya ini dilakukan terhadap Masjid Quwwat-ul-Islam di kompleks Qutub.
Pengawas arkeolog ASI Delhi Circle, Praveen Singh, mengatakan tim konservasi akan segera mulai bekerja di lokasi tersebut. Mereka berusaha memberikan kesempatan hidup baru kepada gapura itu, yang telah mengalami kerusakan seiring berjalannya waktu.
"Kami berfokus pada konservasi inti dan mengambil proyek yang membutuhkan perhatian segera. Tim sekarang akan fokus mengerjakan gapura masjid Quwwat-ul-Islam untuk konservasi," ujar dia dikutip di Hindustan Times, Senin (23/1/2023).
Pihaknya disebut akan memperbaiki bagian yang rusak dengan mengikuti prinsip inti konservasi, sehingga tampilan antik dan estetika asli dari bangunan bersejarah tersebut tetap utuh.
Pembangunan masjid Quwwat-ul-Islam dimulai pada 1193 oleh Qutb-ud-din-Aibak, pendiri dinasti Mamluk. Menurut Gazetteer of the Delhi District (1883-84), bangunan ibadah ini selesai dibangun pada 1196.
Selanjutnya, masjid tersebut mengalami pelebaran pada masa pemerintahan penguasa berikutnya, Iltutmish dan Alaudding Khilji.
Aula masjid terdiri dari lima gapura, yang memuat tulisan dari Alquran dan ukiran, serta batu yang rumit yang akan dilestarikan oleh ASI. Gapura ini dibangun menggunakan batu pasir merah, batu buff, serta batu abu-abu.
"Delhi Circle saat ini berfokus pada konservasi inti dan mengarahkan perhatiannya pada proyek-proyek terpilih. Proses konservasi dapat memakan waktu lama, tetapi kami tidak ingin berkompromi dengan atribut asli monumen tersebut. Di Quwwat-ul-Islam, tim kami akan mencoba meniru estetika aslinya,” lanjut Singh.
Arsitek konservasi Misbah Noorie, yang merupakan penanggung jawab ASI di Kompleks Qutub, mengatakan pekerjaan gapura akan dimulai pada minggu pertama Februari. Kemungkinan pekerjaan ini akan berlanjut setidaknya selama enam bulan ke depan.
Batu hias yang terukir di lengkungan gapura disebut telah lepas selama bertahun-tahun. Selain itu, ada bagian yang batu dan ukirannya rusak karena cuaca. Plester juga telah digunakan di beberapa bagian, yang perlu dilepas.
"Sebagai bagian dari konservasi, kami akan menggunakan batu asli dan mereplikasi desain yang sama untuk menutup bagian yang rusak," ucap Noorie.
Selain fasade depan gapura yang terdiri dari batu hias dan ukiran, langit-langit gapura juga akan diperbaiki. Timnya disebut akan menggunakan teknik tambal sulam pada gapura.
Lebih lanjut, Noorie menyebut langit-langit gapura tidak dalam kondisi yang baik, yang menyebabkan rembesan. Untuk itu, timnya akan memanfaatkan beton kapur di langit-langit.
Dia menambahkan, awalnya pasak besi digunakan di antara batu. Tetapi karena karat, batu pasir merah di langit-langit menjadi rusak selama bertahun-tahun.
"Pasak besi digunakan untuk menyatukan batu satu sama lain. Namun, besi berkarat saat bersentuhan dengan uap air atau udara dan karenanya batu itu retak atau rusak. Saat ini, kami menggunakan tembaga sebagai bagian dari konservasi,” lanjut dia.
Sumber: