REPUBLIKA.CO.ID, PRETORIA -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov berkunjung ke Afrika Selatan untuk berbicara dengan salah satu sekutu terpenting Moskow di benua tersebut. Negara-negara Afrika terpecah mengenai invasi Ukraina dan upaya Barat mengisolasi Rusia.
Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor satu hari setelah berkunjung ke beberapa partai oposisi pemerintah. Komunitas Ukraina di negara itu mengecam pertemuan itu sebagai tindakan yang tidak sensitif.
Lavrov dan Pandor menyiapkan pidato untuk disampaikan ke media sebelum menggelar pembicaraan. Dua menteri luar negeri itu diperkirakan akan menyampaikan konferensi pers bersama.
Pemerintah Presiden Cyril Ramaphosa menyatakan Afrika Selatan negara netral dalam konflik di Ukraina.
"Sebagai Afrika Selatan kami konsisten mengungkapkan kami selalu siap mendukung resolusi damai dalam konflik di benua (Afrika) dan di seluruh dunia," kata Pandor dalam pernyataannya di sebelah Lavrov, Senin (23/1/2023).
Perdagangan antara Afrika Selatan dengan Rusia tidak besar tapi pandangan globalnya lebih dekat ke China dan Rusia. Sebagai upaya untuk menahan hegemoni Amerika Serikat (AS) untuk mendukung dunia yang "multipolar" agar kekuatan geopolitik lebih menyebar.
Pandor berulangkan menegaskan Afrika Selatan tidak akan terseret ke salah satu pihak. Ia juga mengkritik Barat yang menghukum keras Rusia tapi abai terhadap isu serupa seperti pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Afrika Selatan memproklamasikan ketidakberpihakan dalam konflik Ukraina dan abstain dalam pemungutan suara resolusi PBB demi menjaga hubungan dengan Rusia, mitra lama pemerintah Kongres Nasional Afrika. Saat gerakan pembebasan dari kekuasaan minoritas kulit putih.
Militer Afrika Selatan juga menjadi tuan rumah dalam latihan gabungan dengan Rusia dan China dari 17 sampai 27 Februari. Kemungkinan latihan bersama itu dapat merenggangkan hubungan Afrika Selatan dengan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Latihan itu bertepatan dengan satu tahun invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari. Rusia menyebut intervensinya ke negara tetangganya itu sebagai "operasi militer khusus." Pekan lalu Angkatan Bersenjata Afrika Selatan mengatakan latihan itu "ditujukan untuk memperkuat hubungan baik antara Afrika Selatan, Rusia dan China."